Sektor Kelautan dan Perikanan Lampung 2022 Masih Cukup Baik
BANDARLAMPUNG – Meski
menghadapi gelombang pandemi dan kontraksi pertumbuhan ekonomi, kinerja sektor
Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung pada 2022 masih cukup baik.
“Sektor pertanian termasuk perikanan didalamnya menjadi tiga
sektor terbesar yang menyumbang PDRB Provinsi Lampung, bersama pengolahan,
perdagangan, dan industri,†tutur Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Lampung,
Fahrizal Darminto, pada acara Focus Group Discussion (FGD) optimalisasi pengembangan
sektor kelautan dan perikanan di Provinsi Lampung, di Hotel Sheraton, Selasa
(20/12/2022).
Berdasarkan perhitungan sementara, lanjut Fahrizal, Produksi
Perikanan Lampung pada 2021 mencapai 324 ribu ton, yang terdiri dari Produksi
Perikanan Tangkap sebesar 142 ribu ton dan Produksi Perikanan Budidaya sebesar
182 ribu ton.
“Volume Ekspor Perikanan Lampung mengalami perbaikan atau
meningkat sebesar 5,6%. Pada tahun 2020 ekspor perikanan Lampung sebesar 17.487
ton, naik menjadi 18.482 ton pada tahun 2021,†urainya.
Dari sisi nilai bahkan meningkat sebesar 13,4% atau mencapai
2,6 triliun di tahun 2021 dari sebelumnya 2,3 triliun di tahun 2020. Nilai
Tukar Nelayan (NTN) berada pada level 109,56 I dan Nilai Tukar Pembudidaya Ikan
sebesar 101,18 (Desember 2021).
Sekdaprov juga menambahkan
bahwa Lampung patut bersyukur ditengah kondisi pandemi dan perlambatan
ekonomi sektor perikanan masih menunjukkan kinerja yang positif.
Namun demikian, tidak dapat dipungkiri, sektor ini masih
menghadapi beberapa pekerjaan rumah yang perlu terus dibenahi, seperti
menurunnya kualitas lingkungan perikanan budidaya, hutan mangrove dan penyakit
ikan maupun udang; Harga pakan yang
relatif tinggi karena ketergantungan dengan pakan pabrik yang menggunakan bahan
baku (tepung ikan) impor; Komoditas ikan
lokal ekonomis tinggi diperairan umum semakin sulit ditangkap.
Selanjutnya Sektor perikanan yang kurang bankable sehingga
sulit untuk memperoleh kredit;
Revitalisasi kawasan Bumi Dipasena yang berjalan lambat akibat belum
jelasnya pengalihan aset-aset perusahaan.
Kemudian Pengembangan pelabuhan perikanan masih terpusat
pada Pelabuhan Perikanan Pantai yang merupakan UPTD Provinsi, karena
keterbatasan anggaran daerah dan proses pengalihan aset yang lambat; Belum
optimalnya pengelolaan Pulau Batang Besar dan Pulau Batang Kecil yang merupakan
pulau terluar perbatasan Provinsi Lampung dan Provinsi DKI Jakarta.
“Sejak awal menyusun janji kerja, Gubernur sudah menjadikan
pertanian dalam arti luas sebagai salah satu sektor prioritas, melalui beberapa
kebijakan maupun agenda kerja utama,†kata Fahrizal.
Masih kata Sekdaprov, terkait dengan sektor kelautan dan
perikanan, Gubernur menekankan kembali beberapa hal yaitu: Program Kartu Petani Berjaya Sistem KPB atau
yang saat ini berkembang menjadi eKPB; menghubungkan antara permasalahan dan
kebutuhan petani, pembudidaya dan nelayan dengan pihak- pihak yang bisa
memenuhi atau menyelesaikan permasalahan tersebut selain dari pemerintah.
Sehingga kerjasama dengan pihak swasta, perbankan, penyedia
asuransi, dan sektor lainnya menjadi faktor kunci agar sistem ini berjalan.
Sektor perikanan mengejar ketertinggalannya dalam pemanfaatan
e-KPB bagi pelaku usaha perikanan, salah satunya melalui pemanfaatan KUR.
Kendala pakan, asuransi mandiri dan pemasaran semestinya juga bisa memanfaatkan
sistem eKPB. Sekali lagi, kolaborasi dan kerjasama seluruh pemangku kepentingan
menjadi faktor yang krusial.
Kemudian Pengembangan Komoditas Air Tawar khususnya jenis
lokal yang memiliki nilai ekonomis penting.
Sejauh ini Lampung sudah melaksanakan beberapa kali kegiatan
restocking perairan umum dengan jenis ikan lokal seperti Baung dan Jelabat,
yang benihnya sebagian besar masih berasal dari luar Provinsi Lampung. Sehingga
perlu menjadi prioritas juga untuk mengembangkan usaha budidaya maupun
pembenihannya di Balai Benih Ikan lokal dan Unit Pembenihan Rakyat yang ada di
Kabupaten/kota. Pemerintah pusat melalui KKP juga sudah berkomitmen untuk
membangun Balai Budidaya Air Tawar di Kabupaten Mesuji.
"Selain meningkatkan produksi perikanan, pemerintah
juga mendorong berkembangnya industri pengolahan hasil perikanan. Komoditas
perikanan Lampung hendaknya dipasarkan dalam bentuk olahan dan memiliki
branding sendiri, " ujar Sekdaprov
Hal ini agar menjadi
perhatian perangkat daerah terkait agar terus melakukan pembinaan dan
pendampingan agar UMKM kita mampu bersaing baik dari sisi mutu, kemasan dan cita
rasa.
Juga secara khusus
meminta bantuan Prof Dr Rohkmin Dahuri (Tenaga Pendampingan Bidang
Pemanfaatan Sumber Daya Pertanian, Kelautan dan Perikanan) dan Anshori Djausal (Tenaga
Pendampingan Bidang Infrastruktur Pantai dan Pengelolaan Kawasan Pesisir dan
Pulau- pulau Kecil), untuk memberikan masukan dan pencerahan kepada stake
holder lingkup perikanan yang memang sesuai dengan bidang keahlian,
pemerintahan maupun manajemen secara umum karena pengalaman dan kapasitas
beliau di level nasional.
Khusus pegelolaan Pulau Batang Besar dan Pulau Batang Kecil
yang merupakan pulau-pulau terluar di perbatasan Provinsi Lampung dan Provinsi
DKI Jakarta, sampai saat ini pengelolaannya belum optimal karena kondisi tanah
pulau yang berupa karang serta kondisi perairan laut lepas. Namun demikian
Pulau Batang Besar dan Pulau Batang Kecil sangat strategis nilainya bagi
Provinsi Lampung, sehingga perlu masukan yang konfrehensif, baik melalui
pembangunan fisik maupun pengelolaan kawasan.
Melalui kegiatan FGD ini, Sekdaprov mengharapkan masukan dan saran dari
narasumber maupun komitmen dari stake holder terkait, sebagai input berharga
penyusunan kebijakan, program dan kegiatan ditahun mendatang.
Hadir dalam Acara Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Liza
Derni, Komisi IV DPR RI Dapil Lampung Hanan A Rozak, Tenaga Pendampingan Bidang
Infrastruktur Pantai dan Pengelolaan Kawasan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Anshori
Djausal.