Mengenal Prof. Suharso, Dari Kuli Bangunan Kini Jadi Calon Rektor Unila

Mengenal Prof. Suharso, Dari Kuli Bangunan Kini Jadi Calon Rektor Unila
Prof. Suharso | Foto: Istimewa

BANDARLAMPUNG – Cita-citanya kuliah di Fakultas Pertambangan Institut Teknologi Bandung (ITB) terkubur karena ekonomi.

Lulus SMA, Suharso lebih memilih membantu orang tua menjadi kuli bangunan. Mulai dari mengecat, memasang plafon, hingga mengaduk semen.  

"Iya, karena berpikir orang tua tidak mampu dan diminta untuk langsung bekerja, jadi ikut bapak menjadi tukang," cerita Wakil Rektor IV Bidang Perencanaan, Kerjasama, dan Teknologi Informasi dan Komunikasi Universitas Lampung (Unila), Prof Suharso.

Namun, keinginnya untuk melanjutkan pendidikan tak pernah padam. Setiap sore usia bekerja Suharso mengunjungi rumah teman untuk mengumpulkan bahan materi bimbel agar bisa dipelajari.

"Sampai akhirnya saya berpikir, tidak mungkin saya selamanya menjadi tukang. Saya harus punya masa depan. Cita-cita saya menjadi seorang dosen," ungkapnya. 

Memutuskan untuk lanjut kuliah, tentu bukan hal yang mudah bagi Suharso. Saat itu dia tidak memiliki uang untuk mendaftar.

"Saat main ke rumah teman untuk ambil berkas bimbel itu, orang tua kawan nanya kenapa belum daftar kuliah. Mungkin orang tua teman saya itu sudah mengerti, akhirnya saya dikasih uang Rp25 ribu untuk mendaftar ke perguruan tinggi," ungkapnya.

Dengan modal Rp25 ribu dan tambahan Rp10 ribu dari orang tua, Suharso mendaftar sebagai mahasiswa di Unila dengan mengambil tiga pilihan yakni Program Studi Kimia, Fakultas Pertanian, dan Fakultas Hukum.

"Diterima di Prodi Kimia pada 1984. Disitulah saya mulai belajar mengatur waktu, antara berorganisasi, belajar, sekaligus bekerja seperti ngajar Bimbel," jelasnya.

Keinginannya menjadi dosen, Suharso bertekad mendapatkan beasiswa, seperti Tunjangan Ikatan Dinas (TID).

"Setelah lulus, 1994 ada pembukaan pendaftaran dosen, tes biasa dan lulus menjadi Dosen. Hingga akhirnya diminta menjadi Sekretaris Jurusan (Sekjur) Kimia pada usia 26 tahun," kata dia.  

Kemudian dirinya mengikuti kursus bahasa inggris di Palembang selama 6 bulan. Setelah itu daftar sebagai mahasiswa dan diterima di Curtin University of Technology, Applied Chemistry, Perth Australia tahun 1998-2023.

"Saat kuliah penelitian saya dinilai bisa dikonversi menjadi Doktor, tetapi nambah waktu 1 tahun. Hingga akhirnya 3,5 tahun selesai dan menjadi Doktor pada usia 33 tahun," ujarnya.

"Pulang dari australia pada 2003, setahun kemudian kembali diangkat menjadi Sekjur. Berjalannya waktu, 6 tahun kemudian saya menjadi profesor termuda di usia 39 tahun," jelasnya.

Kini, Prof Suharso menjadi satu dari delapan calon yang akan memperebutkan kursi Rektor Unila periode 2023-2027.