Mirza Temukan Harga Minyak Goreng Lebih Tinggi dari HET

LAMPUNG SELATAN-Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal menemukan harga minyak goreng kemasan yang masih dijual di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp15.700 per liter.
Temuan itu saat dirinya melakukan kunjungan ke Pasar Natar, Lampung Selatan, Jumat (22/8/2025).
Saat berdialog dengan pedagang, Mirza mempertanyakan mengapa minyak goreng di Pasar Natar dipasarkan Rp17.000 per liter. “Kenapa minyak goreng masih di atas HET, padahal HET-nya Rp15.700? Kita ini produsen sawit besar, tapi kenapa harga minyak di Lampung justru lebih mahal?” tanya Gubernur.
Seorang pedagang menjawab bahwa harga tersebut dipengaruhi harga modal. “Modal kami sudah Rp16.000, Pak. Jadi kalau dijual Rp15.700 kami rugi. Barang pun kebanyakan kami ambil dari luar Lampung,” jelas pedagang.
Mendengar hal itu, Gubernur Mirza menekankan perlunya perbaikan tata niaga minyak goreng di Lampung agar distribusi lebih lancar dan harga sesuai aturan.
“Ini yang perlu kita benahi. Jangan sampai Lampung sebagai penghasil sawit, tapi masyarakatnya justru membeli minyak lebih mahal. Kita akan koordinasikan bersama kementerian dan Bulog,” tegasnya.
Selain persoalan minyak goreng, pedagang Pasar Natar juga menyampaikan keluhan terkait akses tangga ke lantai dua yang hanya tersedia satu. Akibatnya, aktivitas jual beli di lantai atas relatif sepi. Gubernur berjanji mengkaji solusi penambahan akses agar pedagang di lantai atas juga bisa berkembang.
Dalam pemantauan umum, Gubernur menilai harga sejumlah kebutuhan pokok lain masih relatif normal dan terkendali. Ia meminta stabilitas harga tetap dijaga agar tidak menekan daya beli masyarakat.
Kunjungan ini turut didampingi oleh Kepala Bulog Lampung Nurman Susilo, yang menekankan ketersediaan beras SPHP di Lampung cukup dan distribusinya akan diperkuat hingga pasar tradisional. Hadir pula Plt. Kepala Bappeda Provinsi Lampung, Anang Risgiyanto; serta Kepala Disperindag Provinsi Lampung, Evie Fatmawaty, yang memonitor harga dan distribusi pangan. Juga Kepala UPT Pasar Natar, Yusna Liana, yang memaparkan kondisi fasilitas pasar sehari-hari.