Setelah 18 Tahun Akhirnya AS Sepakat Akhiri Misi Militer di Irak

Bandar Lampung – Presiden AS Joe Biden dan Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi pada senin waktu AS atau Selasa Waktu indonesia, menandatangani secara resmi kesepakatan Mengakhiri misi militer yang berlaku pada akhir 2021 ini. Kemudian AS hanya akan bertindak sebagai penasihat disana.
Kesepakatan ini terjadi yang pada saat Bersama situasi Politik di Irak tidak baik. Khadimi Sebagai PM Irak sedang menghadapi tekanan yang meningkat dari partai-partai dan kelompok paramiliter yang bersekutu dengan Iran, yang Bersama sama menentang peran militer AS di Irak selama ini sejak 2003..
Biden dan Kadhimi sendiri mengadakan pertemuan di Ruang Oval Gedung putih, sebagaio tatap muka pertama mereka sebagai bagian dari dialog strategis antara Amerika Serikat dan Irak.
"Peran kami di Irak akan selalu ada, untuk terus melatih, membantu dan menangani ISIS saat muncul, tetapi kami tidak aka nada misi militer lagi sejak akhir tahun ini” kata Biden kepada wartawan saat dia dan Kadhimi bertemu. Seperti dilansir dari reuters pada selasa (27/7) waktu Indonesia
Saat ini ada 2.500 tentara AS di Irak yang fokus melawan sisa-sisa ISIS. Peran AS di Irak akan beralih sepenuhnya ke pelatihan dan menasihati militer Irak untuk mempertahankan diri.
Pergeseran ini diperkirakan tidak akan memiliki dampak operasional yang besar karena Amerika Serikat telah bergerak ke arah fokus pada pelatihan pasukan Irak.
Namun, bagi Biden, kesepakatan untuk mengakhiri misi tempur di Irak mengikuti keputusan untuk melakukan penarikan tanpa syarat dari Afghanistan dan menyelesaikan misi militer AS di sana pada akhir Agustus tahun ini.
Bersama dengan kesepakatannya tentang Irak, Presiden AS dari Partai Demokrat secara resmi telah menyelesaikan misi tempur AS dalam dua perang di Irak dan Afghanistan yang dimulai oleh Presiden George W. Bush dalam dua dekade lalu.
Sebuah koalisi pimpinan AS menginvasi Irak pada Maret 2003 berdasarkan tuduhan bahwa pemerintah pemimpin Irak saat itu Saddam Hussein memiliki senjata pemusnah massal. Saddam digulingkan dari kekuasaan, tetapi senjata semacam itu tidak pernah ditemukan.
Dalam beberapa tahun terakhir, misi AS difokuskan untuk membantu mengalahkan militan ISIS di Irak dan Suriah.
Sementara Pejabat senior pemerintah AS, tidak akan mengatakan berapa banyak pasukan AS yang akan tetap berada di Irak dalam rangka memberikan pelatihan dan supervise disana. Demikian juga Kadhimi yang menolak untuk berspekulasi tentang jumlah penarikan pasukan AS di masa depan, dengan mengatakan jumlah pasukan akan ditentukan oleh tinjauan teknis.
Amerika Serikat sendiri berencana untuk memberi bantuan ke Irak 500.000 dosis vaksin COVID-19 Pfizer/BioNTech (PFE.N), di bawah program berbagi vaksin COVAX global. Biden mengatakan dosis akan tiba dalam beberapa minggu.
Amerika Serikat juga akan menyediakan 5,2 juta US dollar untuk membantu mendanai misi PBB dalam memantau pemilihan umum di Irak pada Oktober tahun ini. Pemilihan Umum ini menjadi pantauan khusus bagi Amerika Serikat.