Selamat Jalan Cikdin Sahri Singa Melintang, Seniman Gitar Klasik Penjaga Adat Budaya Lampung

Selamat Jalan Cikdin Sahri Singa Melintang, Seniman Gitar Klasik Penjaga Adat Budaya Lampung
Cikdin Sahri Singa Melintang (tengah)

BANDARLAMPUNG - Innalilahi Wainnailaihirojiun. Penjagat adat budaya Lampung, Cikdin Sahri Singa Melintang, berpulang pada sabtu (09/05) sore di rumah duka jalan Urip Soemoharjo No.17 Gunungsulah, Bandarlampung. Jasadnya dikebumikan sebelum zuhur, Minggu (10/05).

Seniman gitar klasik Lampung ini lahir dan besar di Tulangbawang dan telah menciptakan ratusan lagu Lampung yang pernah dialbumkan dan ditayangkan di televisi lokal.

Berita tersebut  cukup mengagetkan keluarga besar Lampung Heritage Society (LHS). Karena, tiga  bulan lalu aktivis LHS Erizal Barnawi “tandang mengan” di rumah almarhum sambil bicara program mendatang.

Terbayang cerianya wajah Cikdin Sahri Singa Melintang bertubuh kurus itu, di tengah usia senja masih ada yang datang silaturahmi. Erizal barnawi saat itu ditemani Roveneldo penulis buku ”Gitar Klasik Lampung”.

“Kami nyeruit punyew (ikan) baung didampingi Pak Khairudin, Putra Cikdin yang kami nilai sebagai ”Penerus Gitar Klasik Lampung Pepadun”,” kenang Erizal, Minggu (10/05).

Erizal mengkonfirmasi, alasan pesan menjaga adat tradisi Lampung di tengah serbuan budaya pop dan global yang terdapat pada beberapa syair karya lagu beliau, termasuk dalam syair lagu ”Gabat Gibut ” yang kelak mengantarkan  beliau dijuluki fans sebagai ”Mister Gabat Gibut”. 

Erizal mengisahkan, menurut Cikdin, Ulun Lappung (orang Lampung) itu punya jati diri sendiri, piil pesenggiri, jadi  jangan mudah ikut-ikutan meniru gaya barat, lelaki kok berpakain ala perempuan.

“Selamat Jalan Cikdin Sahri Singa Melintang,  Seniman Gitar Klasik Lampung yang juga Penjaga Adat Budaya Lampung. Semoga dengan amal karyamu, Engkau lapang diterima di sisi Alloh Swt. Aamiin. Berikut lagu ciptaanmu ” gabat Gibut” dan foto kenangan bulan lepas.  Senantiasa kami kenang dan jaga,” ungkapnya.