Boki Fatimah, Maluku Utara dan Hari Perempuan Internasional
Boki Fatimah adalah angkatan pertama dan Perintis awal Jurnalis Perempuan di Tanah Hindia Belanda, dia bersama Tirto mendirikan terbitan Perempuan pertama milik Bumiputera berbahasa Melayu Lingua Franca, bernama Poetri Hindia.

Istri Tirto Adhisuryo ini Selain Berdarah biru juga terkenal dengan perspektif Pergerakannya
ditulis oleh : Lucas Dwi Hartanto *)
Ilustrasi wajah Boki Fatimah (Princes Van Kasiruta) dari Pulau Bacan, Maluku Utara. Boki Fatimah adalah istri Tirto Adhisuryo, Sang Pemula gerakan Nasionalisme Progresif di Tanah Hindia Belanda.
Boki Fatimah adalah angkatan pertama dan Perintis awal Jurnalis Perempuan di Tanah Hindia Belanda, dia bersama Tirto mendirikan terbitan Perempuan pertama milik Bumiputera berbahasa Melayu Lingua Franca, bernama Poetri Hindia.
Sampai hari ini, Sejarah dan Jejak Langkah Boki Fatimah masih terasa gelap dan samar, masih sangat sulit menemukan sumber-sumber teks tulisannya di terbitan Poetri Hindia, juga teks tulisan yang bercerita tentang kisah kehidupannya, apalagi penelitian serius tentang tokoh sejarah Boki Fatimah sebagai Perempuan pejuang angkatan permulaan, yang ikut menggagas kelahiran Nasionalisme Progresif di Tanah Hindia-Belanda.
Setau saya, Praktis baru Pramudya Ananta Toer-lah yang pernah menulis dan menceritakan tentang kisah Boki Fatimah sebagai sebuah kisah sejarah dalam bukunya Sang Pemula, dan kisah Boki Fatimah dalam cerita Fiksi Roman Tetralogi Pulau Buru, terutama Boki Fatimah diceritakan di buku ke tiganya, Jejak Langkah.
Hal ini berbeda dengan Tokoh Pers perempuan awal pergerakan nasional yang sejaman dengan Boki Fatimah, seperti Rohana Kudus, Siti Soendari dan lain-lain, yang teks-teks tulisannya mudah di akses di berbagai media, juga sudah ditulis oleh banyak orang baik lewat riset atau penelitian akademik, penulisan buku dan artikel-artikel lainnya.
Teks-teks sejarah dan tulisan yang berkaitan tentang kehidupan Boki Fatimah sampai hari ini, nyaris gelap dan remang-remang untuk menelusuri dan merabanya.
Beberapa waktu yang lalu, berbagai Komunitas Gerakan Literasi dan anak-anak muda di Pulau Bacan, Maluku Utara, akan mengadakan rangkaian kegiatan Bacan Membaca (BABACA) ke-3, pada 17 - 20 Maret 2025 Di Kota Labuha, Pulau Bacan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara.
Salah satu puncak acaranya adalah Simposium Nasional dengan tema: “Boki Fatimah Dalam Catatan Sejarah Indonesia”, pada 20 Maret 2025, bertempat di Aula Kantor Bupati Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara. Yang dimotori oleh anak-anak muda Pulau Bacan dari Komunitas Gerakan Literasi Saruma (GELISA).
Tentu saja bagi saya ini adalah sebuah berita yang begitu menggembirakan, dengan mulai munculnya kebangkitan literasi, kebangkitan pengetahuan dan kebangkitan menelusuri jejak-jejak sejarah lokal di kalangan anak-anak muda ini.
Anak-anak muda yang ironisnya justru berada Pulau-pulau terluar, terpencil, wilayah pelosok kepulauan Indonesia, mereka yang berada jauh dari hiruk-pikuk dan kekacauan tatanan Ekonomi-Politik, yang hari ini tersentral di Pulau Jawa dan sekitarnya.
Seperti kata Pramudya Ananta Toer (Sastrawan besar Indonesia) dari beberapa tulisannya, bahwa Indonesia sebagai sebuah Nation State (Negara Bangsa), proses perubahan penting dan mendasar pada setiap zamannya, selalu saja di gerakan dan di pelopori oleh angkatan muda.
Selamat Hari Perempuan Internasional, 8 Maret 2025.
Lampung, 10 Maret 2025.
*) Penulis dan Penggiat Sosial Media