Pengacara: Putra Mohamed Morsi Dibunuh Dengan Zat Mematikan

BANDAR LAMPUNG - Abdullah, putra bungsu mantan presiden Mesir Mohamed Morsi, telah meninggal dunia setahun lalu beberapa bulan setelah ayahnya mangkat. Namun pengacara keluarga morsi mengatakan “kami memperoleh informasi yang menunjukan bahwa Abdullah putra Bungsu Morsi dibunuh oleh zat mematikan, bukan akibat serangan jantung seperti diklaim oleh pihak berwenang” ujar Toby Cadman, dari tim hukum Guernica 37 seperti di kutip dari Aljazeera Selasa (8/9).
Abdullah Morsi 25 tahun, telah meninggal setahun lalu pada 4 September di sebuah rumah sakit di Giza, barat daya ibu kota Mesir, Kairo. Saat itu dalam Sebuah laporan pemerintah bahwa Abdullah sedang mengemudikan mobilnya ketika tiba-tiba mengalami kejang, dan dia segera dibawa ke rumah sakit, tetapi dokter tidak dapat menyelamatkannya.
Kemudian beberapa media lokal melaporkan bahwa kematian tersebut tidak ada kaitan dengan kriminal, sementara dalam sebuah catatan bahwa putra Morsi itu telah menderita masalah kesehatan sebelumnya, termasuk kesedihan dia setelah kematian ayahnya
Meskipun demikian dari Tim hukum Morsi di Guernica 37 International Justice Chambers mengumumkan pada hari Minggu (6/9) membantah semua informasi dan berita sebelumnya terkait kematian Abdullah Morsi ini.
"Informasi yang kami dapatkan tampaknya mengkonfirmasi bahwa Abdullah diangkut dengan mobilnya dalam jarak lebih dari 20 km ke rumah sakit yang ada hingga menghembuskan napas terakhir, hal ini akibat disuntik dengan zat yang mematikan” ujar toby
“dan dia (Abdullah) tidak dipindahkan ke rumah sakit terdekat sebagaimana berita yang ada, secara sengaja, sampai dia meninggal, " tambah firma hukum yang berbasis di London itu.
Mohamed Morsi sendiri merupakan presiden Mesir pertama yang terpilih secara demokratis, meninggal pada 17 Juni 2019, setelah sebelumnya selama bertahun-tahun dipenjara ketika menunggu persidangan atas tuduhan yang penuh motif politk.
Dia (morsi) digulingkan secara politik dalam kudeta militer 2013 yang dilakukan oleh Presiden Abdel Fattah el-Sisi setelah satu tahun berkuasa.
Para pengacara juga menuduh "bahwa ada elemen tertentu dari negara telah mengetahui fakta bahwa Abdullah ini dibunuh, kami meminta menyerukan penyelidikan independen atas dugaan pembunuhan tersebut”