Kolumnis Filipina Desak Hentikan Politisasi Penelusuran Asal Covid19

Kolumnis Filipina Desak Hentikan Politisasi Penelusuran Asal Covid19
Petugas sedang lakukan Penyemprotan Disinfektan pada Cargo Vaksin Sinovac yang tiba di filipina pada juni lalu (foto: Roulle Umali/Xinhua)

Bandar Lampung -  Seorang kolumnis Filipina mendesak pemerintahnya dan warganet Filipina untuk ikut-ikutan menghentikan politisasi studi asal COVID-19, menurut sebuah artikel baru-baru ini yang diterbitkan secara daring oleh Sovereign PH.

"Ini adalah puncak ketidakadilan oleh  AS dan beberapa sekutunya untuk terus mempolitisasi masalah dan menghindari tanggung jawab mereka, sambil mengganggu dan berkonspirasi melawan China," kata Herman Tiu Laurel, kolumnis, pada hari Jumat (23/7) seperti dilansir dari xinhuanet minggu (25/7).

“China bahkan telah menyediakan ratusan juta vaksin ke negara berkembang, mendukung pencabutan hak paten vaksin, mengirimkan vaksin sebagai barang publik global dan bantuan sebesar  3 miliar dolar AS baru-baru ini untuk bantuan anti-COVID-19 ke negara-negara berkembang ,"  tambah Herman.

 

Dia mengecam Amerika Serikat,  karena menunda penyelesaian studi virus COVID-19  “ mereka (AS) berpolitik atas masalah ini dengan berbagai opini, meminta keringanan paten untuk vaksin, namun secara munafik menjanjikan jutaan vaksin yang tidak pernah sepenuhnya tiba." lanjutnya

Kolumnis itu mendesak Filipina untuk meluncurkan komunikasi resmi pemerintah kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) agar mendukung petisi 55 negara lainnya untuk tidak mempolitisasi penanganan penyelidikan asal virus.

Dia juga mengusulkan sebuah petisi daring (online) untuk ditandatangani oleh netizen agar WHO membuka penyelidikan Institut Penelitian Medis Angkatan Darat AS untuk Penyakit Menular di Fort Detrick, Maryland.

"Sementara China telah menunjukkan itikat baik dan tidak ada yang disembunyikan dengan membuka kota Wuhan, pusat pasar yang dicurigai, dan lembaga virologinya kepada tim internasional WHO, namun AS tidak hanya tidak mengundang tetapi juga secara agresif memakai issue senjata pemusnah massal  serta mengarahkan perhatian kembali ke China dengan narasi palsu penuh konspirasi  melalui  tema besar kebocoran lab Wuhan" tutupnya.