Para Produsen Batubara Merencanakan Buka 400 Tambang Baru Di Dunia.

Monologis.id - Produsen batubara dunia saat ini merencanakan pembukaan 432 proyek tambang baru dengan kapasitas produksi 2,28 miliar ton per tahun. Menurut penelitian yang dipublikasikan oleh Lembaga Think Thank Global Energy Monitor di AS, pada hari Kamis (3/6). Kondisi ini membuat target dalam memperlambat perubahan iklim secara global menjadi terancam dalam bahaya.

Negara negara seperti, China, Australia, India dan Rusia. Menyumbang lebih dari tiga perempat dari proyek-proyek baru tersebut, menurut sebuah studi oleh Lembaga think-tank Global Energy Monitor AS. China sendiri sekarang sedang membangun lagi Tambang Batu bara dengan Kapasitas produksi 452 juta ton per tahun ujar Lembaga tersebut.

"Sementara IEA (Badan Energi Internasional) baru baru ini menyerukan  Sebuah Program raksasa menuju Nol Bersih emisi, Namun rencana para produsen batubara  tersebut meningkatkan kapasitas Produksi mereka, tentu ini akan menjadi kemunduran Besar," kata Ryan Driskell Tate, analis riset Global Energy Monitor dan penulis Laporan tersebut. Seperti di kutip dari kantor berita reuters kamis (3/6/2021).

Dalam Laporan tersebut dipaparkan bahwa empat provinsi  di wilayah China yaitu Mongolia Dalam, Xinjiang, Shaanxi dan Shanxi  telah menyumbang hampir seperempat dari semua kapasitas tambang batu bara baru yang diusulkan tersebut.

 

Sebelumnya China telah berjanji untuk membawa emisinya pada level tertinggi pada tahun 2030 dan baru menjadi nol  Emisi pada tahun 2060. Presiden Xi Jinping sendiri pada awal tahun ini mengatakan bahwa negaranya akan mulai mengurangi produksi batu bara, tetapi tidak sampai tahun 2026.

Global Energy Monitor sendiri mengatakan, proyek-proyek baru tersebut bukan hanya membahayakan upaya seluruh dunia untuk memerangi pemanasan global, tetapi dapat berisiko membebani perusahaan secara bisnis dengan beban aset sebanyak 91 miliar Dolar Amerika.

 "Tambang baru dan perluasan tambang yang baru akan menghasilkan batu bara untuk dunia meski batu bara tidak layak secara ekonomi dan bisnis, dan tidak dapat dipertahankan bagi kerusakan lingkungan." Tutup Driskell Tate, Peneliti dari Global Energy Monitor