'Berat' Periode Kedua Jokowi

pemerintah panik. Sampai SMI berkata “ ancaman kita bukan pandemi tapi inflasi “ artinya kalau inflasi gagal dikendalikan bulan bulan kedepan, ekonomi akan tumbang. Sampai kini engga tahu apa solusi. Lah menghadapi kasus Migor dan IDI aja pemerintah gagap.
Oleh : Erijely *)
 
Periode pertama Jokowi memang
hebat
 
. Semua program pembangunan di eksekusi dengan cermat dan cerdas. Itu karena ada orang
hebat
 
yang membantunya. Di Bappenas ada pak Bambang Brodjonegoro yang mantan direktur Islamic Bank dan Menkeu. Ada pak Tomas di BPKM yang jago dan punya reputasi dalam bisnis private equity kelas dunia.
Ada Jonan yang mantan banker Citibank. Ada Pak Darmin jago makro ekonomi di posisi Menko. Ada pak Wiranto di Menko Polkam, salah satu arsitek reformasi. Ada pak Enggartiasto yang memang jago lobi international trade kelas dunia. Ada ibu Rini mantan banker Citibank dan CEO ASTRA. Dengan team work itu, peran SMI benar benar jadi bintang lapangan.
Tapi masuk periode kedua, mereka yang punya reputasi dan kelas dunia itu tersingkirkan. Pos penggantinya bukan orang lebih
hebat
 
tetapi justru grade jauh sekoli dibandingkan mereka. Maklum, periode kedua, kompromi partai lebih dominan. Sementara partai sendiri tidak punya orang
hebat
 
untuk disodorkan sebagai pembantu presiden. Jadi, kita harus maklum. Yang penting APBN kita aman. Pagu hutang terjaga. Defisit terjaga. Inflasi terjaga. Mereka dipastikan berjalan diatas toll.
Tapi apa yang terjadi kemudian? Pandemi datang. Panik semua. APBN mulai rapuh. Rasio utang meningkat. Terpaksa burden sharing dengan BI, kalau engga collaps. Dana PEN digelontorkan diatas Rp 1000 triliun. Hasilnya engga jelas. Pada waktu bersamaan proyek strategis seperti kereta cepat terjadi over cost. Begitu juga proyek lainnya. Terancam mangkrak. Keliatan sekali para menteri tidak lagi focus menjaga stabilitas makro dan mikro. Hanya kerja reaktif dan responsif. Mereka memang tidak punya kelas menghadapi badai
Sejak tahun 2020 saya sudah menulis tentang kenaikan harga pangan dunia. Minta agar pemerintah mengantisipasi. Tulisan saya di blog lengkap sekali. Kemdiiaan saya juga menulis soal ancaman kenaikan BBM akibat krisis energi. Tapi dianggap angin lalu. Kini semua itu terjadi. pemerintah panik. Sampai SMI berkata “ ancaman kita bukan pandemi tapi inflasi “ artinya kalau inflasi gagal dikendalikan bulan bulan kedepan, ekonomi akan tumbang. Sampai kini engga tahu apa solusi. Lah menghadapi kasus Migor dan IDI aja pemerintah gagap.
Benar Jokowi yang mengingatkan menterinya, “ stop wacana batal pemilu 2024. “ Berat berat… cukup dua priode. No more !!!
 
*) Penggiat Blogger dan Bisnis Aktif