Minyak Goreng Langka dan Mahal, Limbah Kulit Ayam Bisa Jadi Solusi

Minyak Goreng Langka dan Mahal, Limbah Kulit Ayam Bisa Jadi Solusi
Minyak Goreng Berbahan Baku dari Limbah Kulit Ayam (Foto:Istimewa)

 

Indonesia tidak harus terus mengandalkan minyak goreng sawit sebagai kebutuhan pokok. Minyak goreng terlalu klise untuk dijadikan perdebatan di tengah masyarakat.

Oleh : Vinanda Arum Tri Kurniawan *)

Lompatan besar akan terjadi dengan adanya penggeseran penggunaan minyak goreng yang kemudian beralih ke minyak hasil kulit ayam. Pasalnya sebagaimana masyarakat ketehaui saat ini harga minyak goreng terus mengalami kenaikan. Harga minyak goreng dibandrol dari harga Rp 20.000 per liternya, untuk harga Rp 14.000 yang hanya beredar di supermarket hanya memiliki stock yang sangat sedikit. Butuh lebih dari kesabaran untuk saat ini mendapatkan minyak goreng, banyak ditemukan kelangkaan minyak goreng hampir di seluruh Indonesia. Satu buah minyak goreng hanya bisa dibeli oleh satu orang, namun dibeberapa supermarket diberlakukan 2 buah minyak goreng untuk 1 orang. Banyak ditemukan kasus penimbunan ataupun penipuan minyak goreng, hal ini kemudian dapat menjadi masalah baru bagi Indonesia di awal tahun 2022.

Sudah langka harganya pun naik, itulah kenyataan pahit tentang minyak goreng. Entah sampai kapan harga minyak goreng terus meroket naik. Masalah minyak memang tidak pernah usai selalu menjadi isu hangat untuk diperbincangkan oleh masyarakat. Seolah tidak pernah ada habisnya isu ini terus mengisi setiap lembar halaman koran dari tahun ke tahun. Pemerintah kini telah mengeluarkan banyak aturan mengenai harga minyak goreng di pasaran, tapi kenyataannya aturan ini pun masih belum bisa di terapkan oleh para pedagang. Masyarakat terus mengeluh karena sebagaimana kita ketahui minyak goreng kini telah menjadi kebutuhan pokok bagi setiap keluarga.

Indonesia tidak harus terus mengandalkan minyak goreng sawit sebagai kebutuhan pokok. Minyak goreng terlalu klise untuk dijadikan perdebatan di tengah masyarakat. Masyarakat akan mempertanyakan kinerja pemerintah jika masalah kenaikan serta kelangkan minyak goreng terus berulang setiap tahun. Solusi dari masalah tersebut adalah mengurangi kerisauan masyarakat akan kelangkaan minyak goreng. Kulit ayam bisa dijadikan salah satu solusi dari kelangkaan minyak goreng. Bagai masyarakat desa kulit ayam sering kali dibuang ataupun dimanfaatkan menjadi kripik, namun siapa sangka ditangan orang kreatif limbah kulit ayam dapat dijadikan sebagai pengganti minyak goreng sawit.

Minyak goreng dari kulit ayam bisa menjadi pilihan alternatif bagi masyarakat yang tidak memerlukan minyak goreng terlampau banyak, hanya untuk kebutuhan memasak sehari-hari. Satu kilo kulit ayam bisa menghasilkan 300-450 ml minyak goreng. Selain menjadi alternatif kulit ayam yang digoreng tadi dapat dimakan langsung ataupun dijadikan lauk, sehingga kulit ayam tidak akan terbuang sia-sia. Jika dibandingkan dengan minyak goreng sawit, minyak goreng dari kulit ayam ini menghasilkan aroma dan rasa yang lebih menggugah. Selain hanya digunakan untuk kebutuhan masak keluarga, minyak goreng dari kulit ayam ini bisa dijadikan sebagai MPASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu) yang diperuntukan bagi bayi. Dilansir dari skata.info kulit ayam menghasilkan minyak jenuh yang bermanfaat sebagai nutrisi tambahan bagi tumbuh kembang bayi, tapi tetap dalam takaran yang sesuai.

Secara singkat tahapan yang diperlukan untuk mengubah kulit ayam menjadi minyak goreng yakni dengan terlebih dahulu membersihkan kulit ayam dari segala kotoran-kotoran. Setelah itu panaskan wajan dengan api sedang, kemudian masukan kulit ayam tadi ke dalam wajan yang telah panas. Tunggu hingga kulit ayam berwarna kecoklatan dan mengeluarkan minyak. Jika dirasa kulit ayam sudah mongering segera matikan kompor dan minyak goreng dari kulit ayam pun sudah siap untuk digunakan. Pastikan untuk meletakan minyak goreng di wadah yang kedap udara hal ini dimaksudkan agar minyak goreng lebih awet.

Meskipun kulit ayam bisa dijadikan alternatife nyatanya banyak masyarakat yang masih enggan untuk ikut berpasrtisipasi dalam pembuatan minyak goreng ini. Banyak faktor yang menyebabkan kurangnya partisipasi masyarakat, seperti jauh dari pasar ataupun tidak bisanya membeli kulit ayam saja sehingga harus membeli satu ekor ayam yang tentu harganya lebih mahal. Namun jika hanya digunakan untuk memasak tumisan, minyak goreng dari kulit ayam ini sangat direkomendasikan. Diharapkan nantinya pemerintah dapat segera menangani kasus mahalnya minyak goreng sawit sehingga setiap tahunnya masyarakat tidak perlu terus-terusan menghadapi masalah yang sama.

 *) Mahasiswa Kehutanan Unila