Melalui Lukisan, Seniman Palestina Ungkap Kekerasan Terhadap Wanita di Gaza

BANDAR LAMPUNG - Kholoud al-Dasooqi, seorang seniman Palestina dari Kota Khan Yunis di Jalur Gaza, membuka pameran dua harinya untuk mengungkap kekerasan terhadap wanita melalui puluhan lukisan.

Pameran tersebut bertajuk "Skizofrenia Gaza", yang merupakan pameran tunggal pertama al-Dasooqi, seorang wanita lulusan Jurusan Seni Universitas Al-Aqsa.

Seniman yang berusia 20 tahun itu mengatakan bahwa ia juga menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sewaktu ia menikah, dan ia memilih untuk mengekspresikan emosi dan perasaannya melalui lukisan.

"Proyek ini mencerminkan pengalaman saya sendiri dan sebuah pernikahan yang malang. Karya-karya ini berbicara detail mengenai hidup saya," katanya, seraya menambahkan bahwa karya seninya telah dipengaruhi oleh realitas Palestina, terutama wanita.

Menggunakan kosmetik berwarna dan pewarna minyak, wanita muda itu menciptakan puluhan lukisan tragis yang menunjukkan kesedihan wanita.

"Di komunitas kami, ada tingkat KDRT yang tinggi terhadap wanita," ungkap artis muda itu, seraya menambahkan bahwa ia ingin para pengunjung menyadari kondisi-kondisi parah dari wanita yang dianiaya di Gaza. Seperti dilansir dari laman Xinhua jumat (14/8).

Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik Palestina pada 2019, sebanyak 29 persen wanita Palestina yang saat ini sudah atau pernah menikah telah mengalami kekerasan psikologis, seksual, fisik, sosial, atau ekonomi.

Dari jumlah tersebut, 24 persen di antaranya berasal dari Tepi Barat, sedangkan 38 persen berbasis di Jalur Gaza yang diblokade.

Laporan yang sama menemukan bahwa 18 persen wanita di Palestina pernah mengalami kekerasan fisik dari suami mereka, dan sembilan persen wanita menjadi korban kekerasan seksual oleh suaminya.

“Merupakan hal yang wajar untuk merasakan kecemasan dan ketakutan terkait pelecehan, tetapi saya memilih untuk tetap positif dan menyampaikan cerita saya melalui lukisan untuk menyemangati yang lain,” kata Kholoud al-Dasooqi.

Basel al-Aklouk (42), seorang pengunjung pameran, mengatakan bahwa "seniman muda ini berhasil menyampaikan cerita dan pengalaman wanita melalui lukisan. Ia menarik perhatian pada salah satu masalah paling akut di Jalur Gaza."

Ayah dari tiga orang anak itu mengatakan bahwa kemerosotan kondisi ekonomi, sosial, dan politik yang belum pernah terjadi sebelumnya akibat blokade ketat Israel dan perpecahan internal Palestina telah berkontribusi pada peningkatan kekerasan terhadap wanita.

Selain itu, karantina wilayah dari virus korona yang diberlakukan oleh pemerintah Palestina untuk mencegah penyebaran virus semakin mendorong kekerasan itu.

Pejabat Palestina dan aktivis hak asasi manusia mengatakan bahwa karantina wilayah telah membuat wanita lebih rentan terhadap kekerasan dan pelecehan dalam rumah tangga. Banyak dari mereka terkurung di rumah tanpa dukungan dari luar.

Kementerian Pembangunan Sosial Palestina mengatakan telah memberikan ratusan konseling dan layanan psikologis kepada ribuan wanita yang dilecehkan di wilayah Palestina.