Pemprov Lampung Diminta Bangun dan Kembangkan Energi Baru Terbarukan

BANDARLAMPUNG – Direktur Utama (Dirut) Perseroda PT Aneka Usaha Laba Jaya Utama, BUMD Pesawaran, Ahmad Muslimin, mengusulkan agar Pemertintah Provinsi (Pemprov) Lampung membangun dan mengembangkan energi baru terbarukan yang belum digunakan.
Ahmad merinci beberapa energi baru terbarukan yang belum digunakan tersebut diantaranya energi gravitasi dan energi apung.
“Ini bisa dikombinasikan dalam suatu sistem menjadi energi listrik. Dengan keunggulan dapat memproduksi energi listrik sebesar berapapun yang di butuhkan serta tersedia dimanapun di seluruh permukaan bumi berupa perairan,” ujarnya pada kegiatan Focus Group Discussion (FGD) "Potensi Energi dan Mineral dalam rangka kemandirian energi provinsi Lampung”.
FGD ini diselenggarakan Pemprov Lampung di Hotel Grand Tulip, Bandarlampung, Rabu (4/10/2023).
Ahmad menambahkan, energi gravitasi dan energi apung jumlahnya tidak terbatas dan gratis. Biaya investasi murah dan ramah lingkungan serta tidak berpolusi.
Selanjutnya, ucap dia, pemanfaatan sedimen lumpur hutan mangrove yang memiliki bakteri sebagai sumber pembangkit listrik dan mangrove sebagai pricing carbon sebagai Diservikasi Ekonomi Green.
“Pemanfaatan air laut dan garam sebagai energi listrik praktis dan dominan,” ujarnya.
Dengan demikian, Ahmad menyatakan, dalam mewujudkan transisi energi yang di dorong oleh ternd global berupa; Decarbonization, Digitalization dan Decentralization menuju net zero emission bisa terwujud.
Dalam paparannya Ahmad juga menjelaskan bahwa Indonesia adalah negara kepulauan, yang berarti mempunyai laut, yang ternyata luasnya lebih luas dari seluruh luas daratan pulau pulaunya, dan indonesia memiliki laut terluas di Asia bahkan dunia.
Menurut Ahmad ada tiga gerakan air laut yang semuanya mengandung energy, yakni; gelombang pada tempat dan saat tertentu, arus di posisi lepas pantai pada saat tertentu, dan pasang surut pada setiap tempat dan setiap saat.
“Ada pula hutan mangrove sebagai sumber pangan, sumber garam, jalur transportasi, biota laut, dan destinasi wisata,” urainya.
Sebagai pemilik laut terluas di dunia terutama di Asia, Indonesia sepantasnya menjadi Negara penghasil energi listrik termurah dan terbesar di dunia.
“Penghasil garam termurah dan terbesar di dunia, penghasil ikan laut dan pengkonsumsi ikan laut terbesar di dunia, sehingga rakyatnya sehat dan cerdas, pemilik destinasi wisata bahari mendunia serta mangrove sebagai Diservikasi Ekonomi green,” kata dia.
Untuk mewujudkan lima hal prima tersebut, menurutnya kita harus berinovasi, dengan mewujudkan teknologi Sumber Energi Sistem Pelampung (SESP) atau mesin gravitasi, suatu teknologi yang memanfaatkan gerak Pasang surut air laut secara vertical dibantu gelombang Karena mengandung energy gravitasi fan apung.
“Konsep teknologi SESP adalah konsep penemuan berdasarkan ilmu pasti, Jadi pasti hasilnya dan tidak ditemukan alasan keraguan Sesuai dengan ilmu pasti yaitu ilmu fisika menyangkut energi. Konsep ini dapat di pahami oleh semua orang, Karena ilmu pengetahuan bukan barang gaib, kebenaran ilmu pengetahuan harus ditangkap dengan pola pikir ‘konstruktif ilmiah’,” ujarnya.
Implementasi program prima ini dapat dimulai dari pulau kecil atau daerah provinsi yang di kelilingi laut seperti provinsi Lampung, maka teknologi SESP ini dapat dijadikan program prima untuk mewujudkan Adil dan Makmur bagi seluruh rakyat indonesia, yang pembangunan dan pengembangnya dapat di mulai dari provinsi Lampung.
Dengan teknologi SESP yang memanfaatkan Pasang surut air laut yaitu merubah energi gravitasi dan apung menjadi energi listrik akan mendatangkan Sembilan efek kesejahteraan rakyat secara nasional dan bagi daerah-daerah akan mendatangkan tiga aspek bisnis yaitu; pembangkit energi listrik tenaga gravitasi dan apung yang murah dan ramah lingkungan, industri peralatan atau suku cadang teknologi sesp (bagi beberapa daerah) serta penyediaan ikon wisata berbasis Pasang surut, berupa kincir, air terjun, air mancur, dan komedi putar.
“Yang masing masing item tersebut dapat dibuat dalam 3 kategori (pertama, terbesar, tercepat) yang dibangun di Lampung berkolaborasi dengan pemerintah pusat dan investor,” kata dia.