Pandemi Covid-19; Jaga Tetangga Jangan Lapar

Pandemi Covid-19; Jaga Tetangga Jangan Lapar

Oleh: Fauzan Azhima

Bencana wabah virus corona sudah menjadi musibah internasional. Tidak ada satu kampung pun yang aman dari Covid-19, yang tidak saja menyerang jiwa, ekonomi, tatanan negara, tetapi yang lebih penting adalah menyerang fikiran setiap pribadi manusia.

Pada masa konflik dan tsunami Aceh dulu hanya kita yang menjadi korban sasarannya. Sedangkan di luar Aceh hanya terasa imbas yang tidak signifikan. Sehingga banyak pihak yang membantu Aceh, termasuk dunia internasional.

Sangat jauh berbeda dengan “serangan” virus yang awalnya berkembang di kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok, yang sudah ditetapkan sebagai pandemi internasional.

Tidak heran dengan musibah “tunggal” Aceh dulu banyak bantuan dari segala penjuru; mulai dari perumahan, sandang, pangan bahkan bantuan dana tunai langsung. Masalahnya sekarang seluruh dunia mengalami nasib yang sama dengan kita. Mereka pun tentu sibuk mengurus dirinya sendiri dan negaranya.

Sudah hampir sebulan kita belajar “jaga jarak”. Dengan kondisi ini pasti sudah banyak Orang Miskin Baru (OMB). Mereka dari seluruh kalangan; pedagang kaki lima, nelayan, buruh, kuli bangunan, tukang ojek, tukang pijat, atau orang yang bekerja di sektor informal yang tidak mempunyai penghasilan tetap.

Pemerintah Aceh sendiri sedang memutakhirkan data di luar Program PKH yang berjumlah 247.966 Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dan 300 ribu lebih penerima Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT).

Etikanya, dalam bertetangga, kita tidak saja memperhatikan tetangga dalam bentuk membagi sebagian dari rizkinya untuk sembako, tetapi juga memberitahu kepada pihak pemerintah bahwa tetangga yang kurang mampu itu layak dibantu. Penting, jangan biarkan tetangga kita lapar.

(Mendale, 31 Maret 2020)