Kampus Akness Terancam Ditutup, Pemkab Sorsel dan Unipa Diminta Perhatian Serius

Kampus Akness Terancam Ditutup, Pemkab Sorsel dan Unipa Diminta Perhatian Serius
Eddwin Charles Fatie/monologis.id

MAYBRAT – Kampus Akademi Komunitas Negeri Sorong Selatan (Akness) terancam ditutup. Pemerintah Daerah Sorong Selatan (Sorsel) dan Universitas Papua (Unipa) sebagai induk kampus Akness dituntut perhatian serius terhadap nasib kampus tersebut.

Staf pengelola Akness, Thomas Yater mengatakan, Kampus yang didirikan pada 2014 dengan orientasi awalnya yakni pengembangan komoditi lokal sagu itu, mulai mengalami keterpurukan nasibnya saat momentum kontestasi politik yaitu Pilkada Kabupaten Sorsel pada 2018 silam. Akhirnya komitmen awal yang dibangun bersama pemda setempat pun jauh dari harapan

"Kalau dilihat, kampus ini juga telah menghasilkan beberapa lulusan yang terserap di Kabupaten Sorsel ini. Ada yang di dinas pertanian penyuluhan dan tanaman pangan, ada yang mengajar di TK, SD,  dan ada juga yang kini melanjutkan pendidikannya di UNIPA untuk D3 dan S1," kata Thomas, Selasa (28/07).

Tak hanya itu, lanjut Thomas, karena kurangnya dukungan pendanaan dari pemerintah Sorsel, mengakibatkan kampus yang berkedudukan di kabupaten dengan  julukan 1001 sungai ini pun hingga saat ini proses penerimaan mahasiswa baru dan proses pembelajarannya dihentikan total sampai jangka waktu yang tidak ditentukan.

"Padahal secara kelembagaan, kampus induk Unipa Manokwari siap mendukung proses pembelajaran di kampus ini demi mengembangkan potensi sagu sebagai komoditi unggulan di Kabupaten Sorsel," ujarnya.

"Jadi untuk meningkatkan sagu sebagai produk dengan nilai tambah yang lebih tinggi,  maka perlu dipersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang unggul," tambahnya.

Menurut Thomas, dalam roadmap pengembangan kampus Akness sendiri telah mencanangkan sepuluh sampai lima belas tahun kedepan, tidak hanya menjadi pusat pembelajaran tetapi juga pusat riset teknologi sagu mulai dari hulu hingga hilir.

Polemik Akness tersebut juga turut mendapat tanggapan seorang alumni kampus Akness, Ia bahkan merasa optimistis, bahwa kampus kedepannya tidak hanya sampai jenjang D2 saja, namun akan berkembang sampai S1 dan S2. Ia pun turut sesal, pasalnya, banyak adik_adiknya yang hendak mendaftar di kampus tersebut, namun karena tidak ada perhatian serius pemerintah akhirnya dari mereka ada yang memilih kampus lain dan ada pula memilih menganggur karena tidak dibuka pendaftaran

"Sudah dari tahun 2018, sampai penerimaan tahun ini, banyak adik-adik kami yang ingin mendaftar di aknes namun informasi dari kampus Akness bahwa tidak ada penerimaan mahasiswa baru karena tidak ada biaya operasional," sesal dia

Menurutnya, kampus Akness sendiri sampai sejauh ini banyak membantu anak-anak didik yang lanjut ke pendidikan tinggi, namun banyak dari mereka yang terkendala soal biaya terutama dari Pemkab Sorsel.

"Beberapa dari kami juga yang mendapat dukungan untuk meningkatkan kapasitas dengan bersekolah ke jenjang yang lebih tinggi, ada 4 orang yang telah menyelesaikan S2, sementara 2 orang sekarang ada di UGM, ini semua dilakukan untuk meningkatkan kapasitas SDM di kampus Akness, pemerintah pusat sendiri telah menyediakan dana dan aset yang besar untuk mendukung pendirian kampus ini, namun jika dukungan ini terhenti dan kampus ditutup maka kita semua yang akan rugi, bukan hanya pemda sorsel namun masyarakat kita pun rugi karena tidak ada investasi SDM kedepan," pungkasnya.