Terlambat Mendapat Pertolongan Puskesmas, Warga Gusit Selatan Meninggal

Terlambat Mendapat Pertolongan Puskesmas, Warga Gusit Selatan Meninggal
Desman Telaumbanua/monologis.id

KOTA GUNUNGSITOLI – Risnawati Gea (40), ibu rumah tangga (IRT) warga Gunungsitoli (Gusit) Selatan, Gungungsitoli, Sumatera Utara (Sumut) meninggal dunia karena penyakit lumpuh dan sesak nafas yang dideritanya, Selasa (08/09) malam sekira pukul 20.30 WIB.

Pihak keluarga menuding, Risnawati menghembuskan nafas terakhir karena terlambat mendapat pertolongan dari UPTD Puskesmas Gunungsitoli Selatan.

“Kami sudah mendatangi UPTD Puskesmas Gunungsitoli Selatan, meminta tolong menjemput Risnawati di rumah menggunakan ambulans puskesmas karena yang bersangkutan lumpuh dan kritis. Jarak dari rumah kami ke puskesmas sekitar 1 kilo meter. Tapi pihak puskesmas tidak mengizinkan ambulans digunakan. Akibat terlambat mendapat pertolongan, yang bersangkutan meninggal dunia di rumah,” ungkap Analis Zebua, keluarga Risnawati.

Analis mengungkapkan, meski dirinya dan beberapa anggota keluarga sudah mengeluh meminta pertolongan karena keadaan darurat pihak puskesmas berdalih harus mengikuti prosedur.

“Petugas puskesmas berdalih, sopir ambulans tidak ada dan harus di telepon dulu," jelas Analis.

Namun, saat dirinya berdebat dengan pihak puskesmas, Analis mendapat kabar dari pihak keluarga yang lain bahwa  Risnawati sudah meninggal dunia.

"Harapan saya agar petugas puskesmas tersebut diberikan teguran, karena tidak memahami kondisi darurat atau tidak," tandas Analis sedih.

Terpisah, pihak puskesmas saat akan di konfirmasi tidak ada petugas medis. Hanya ada penjaga malam bernama Eka Harefa.

Eka membenarkan ada keluarga pasien yang datang ke puskesmas meminta pertolongan.

“Bukan tidak memberi izin menggunakan ambulans, tapi sopir ambulansnya tidak ada. Kami sudah berupaya menelepon sopir, tapi bapak itu mengatakan, biar mereka saja yang bawa ambulansnya jika sopir tidak ada. Saya jawab, tidak bisa pak, karena kami di sini ada prosedurnya, tidak boleh asal membawa,” jelas Eka.

Namun, lanjut Eka, keluarga pasien tetap memaksa meminta kunci ambulans. “Lalu saya jawab, alangkah bodohnya saya kasikan kunci mobilnya sementara saya ngak kenal bapak, kan ngak masuk akal,” tutur Eka.

Dia meneruskan, saat sopir ambulans datang, dirinya menghubungi keluarga pasien, namun dijawab, “Terimakasih bantuan kalian mengenai mobil ambulans kalian sama alat oksigennya terimakasih karena yang bersangkutan sudah meninggal," kata Eka menirukan ucapan keluarga pasien.

Eka juga menegaskan, pasien itu meninggal di rumah duka bukan di puskesmas.

“Saat keluarga pasien datang ada satu perawat jaga di puskesmas tapi sekarang sudah pulang. Saya enggak tahu namanya, karena saya baru bekerja di puskesmas ini,"pungkasnya.