Syahrie Jaang Dinilai Melempem Hadapi Persoalan Banjir

Syahrie Jaang Dinilai Melempem Hadapi Persoalan Banjir
Asriani, mahasiswi asal Mahakam Ulu yang berkuliah di Samarinda

SAMARINDA - Beberapa hari ini terakhir, banjir besar menggenangi Kota Samarinda, Kalimantan Timur. Hal ini menuai protes dari kalangan masyarakat juga mahasiswa dari luar daerah yang berkuliah di Samarinda. Sebab, sudah dua periode kepemimpinan Syahrie Jaang persoalan banjir tak kunjung usai.

“Jaang melempem menghadapi persoalan banjir di Samarinda, 2 priode Ia memimpin tetapi banjir terus menghantui kala hujan turun sangat deras,” ungkap Asriani, Rabu (27/05).

Salah satu mahasiswi yang berasal dari Kabupaten Mahakam Ulu tersebut, berpendapat bahwa banyak kerugian bagi masyarakat juga mahasiswa dari luar daerah seperti dirinya, yang tidak pernah dihitung oleh pemerintah kota Samarinda.

"Alat-alat elektronik, motor, serta berkas-berkas kampus rusak ketika banjir sudah menggenangi kos/tempat tinggal kami, siapa yang akan bertanggung jawab ketika ini terus terjadi? Pemerintah saja tidak mampu menyelesaikan persoalan ini, tidak ada rasa aman yang diberikan bagi kami dan masyarakat Kota Samarinda,” tegas Asriani.

Ia mengatakan rencana bantuan yang akan diberikan oleh pemerintah itu belum jelas, pasalnya beberapa wilayah di samarinda yang terdampak banjir, juga mahasiswa yang berasal dari luar daerah termasuk mahasiswa dari Kabupaten Mahakam Ulu belum mendapat perhatian pemerintah.

Protes juga datang dari Ketua EK LMND Samarinda, Deny Prianggara.  Dia mengatakan, rakyat Samarinda tidak pernah mendengar bagaimana langkah strategis pemerintah kota untuk penyelesian banjir.

Masyarakat samarinda merupakan korban kebijakan pemerintah karena salah satu penyebab banjir ini adalah pertambangan batubara, ijin-ijin yang dikeluarkan tanpa memperhatikan bagaimana dampak lingkungan kedepan, dan banjir ini contoh dari krisis ekologis.