Supporter Sepakbola dan Kecerdasaan Sosialnya

Supporter Sepakbola dan Kecerdasaan Sosialnya
(Foto:Istimewa)

 Sebuah uraian dari : Dedy Rohman *)

“Massa dapat bertindak secara primitif dan tidak rasional karena individu yang menjadi bagian dari massa dan dipengaruhi sikap serta tindakan karena adanya massa yang hadir.”

-Gustave Le Bon

Kutipan Terkenal diatas dari seorang ahli Psikologi Massa harus menjadi panduan bagi siapapun yang bergeliat dengan massa.

Massa merupakan kumpulan orang banyak dalam waktu, tempat, dan tujuan yang sama serta bersifat sementara. Menurut Mennicke, seorang psikolog sosial mengungkapkan bahwa ada dua macam massa yaitu massa abstrak dan konkret. Massa abstrak merupakan sekumpulan orang-orang yang didorong oleh adanya persamaan minat, persamaan perhatian, kepentingan, tujuan, strukturnya tidak jelas, dan tidak terorganisasi. Sementara massa konkret merupakan sekumpulan orang yang mempunyai ikatan batin, persamaan norma, dan struktur yang jelas.

Lain lagi dengan Park dan Burges, ahli sosiologi, membagi massa menjadi dua jenis, yaitu massa aktif dan massa pasif. Massa aktif disebut dengan mob karena bentuk massanya telah melakukan tindakan yang nyata. Sementara massa pasif disebut dengan audience yaitu sekumpulan orang-orang yang belum melakukan tindakan nyata. Dan demonstrasi merupakan salah satu bentuk massa aktif. Menurut Neil Smelser, salah seorang sosiolog, mengemukakan ada beberapa kondisi yang memungkinkan munculnya massa, yaitu kegagalan kontrol sosial, struktur sosial, ketegangan dalam masyarakat, dan kejadian yang memicu munculnya massa.

Dalam Psikologi, massa merupakan salah satu bentuk kolektivisme atau kebersamaan. Tidak heran jika massa seringkali disebut sebagai perilaku kolektif atau bentuk dari perilaku kelompok5. Seseorang yang terlibat dalam massa cenderung kehilangan kepribadian yang sadar dan rasional, serta melakukan tindakan kasar dan irasional yang berlawanan dengan kebiasaan.

Beberapa Kejadian terkait Massa Sepakbola dalam hal ini Supporternya sangat terkenal telah terjadi di Dunia tragedi heysel, amerika latin bahkan yang masih tercium baunya adalah tragedi kanjuruhan di malang Indonesia kita tercintah.

sejak kejadian heysel yang terjadi pada tahun 1985, sepakbola inggris dan eropa daratan sebelumnya memiliki kultur dukungan dan gaya bermain sepakbola yang berbeda, sehingga kejadian tersebut menjadi sebuah pelajaran berharga bagi semua stake holder sepakbola di eropa untuk membenahi masalah manajemen crowd ini.  Dengan tragedi yang menyebabkan 600 korban luka luka dan 39 orang meninggal dunia tersebut, pihak berwenang sepakbola eropa mengawali pembenahan dengan menghukum semua klub inggris tidak bisa berkompetisi di eropa selama 5 tahun dan liverpool khususnya selama 6 tahun. selain juga memberikan hukuman kepada 14 supporter dengan sangkaan pembunuhan.

kemudian manajemen crowd sepakbola eropa menjadi lebih baik dan manusia dalam perkembangan industri sepakbolanya.

Gustave Le Bon, menambahkan bahwa massa memiliki sifat-sifat psikologis. Seperti orang tersebut mau dan mampu melakukan sesuatu yang tidak akan dilakukannya jika tidak tergabung dalam suatu massa.. Sebab sifat massa itu lebih impulsif, mudah tersinggung, ingin bertindak dengan segera dan nyata, kurang rasional, lebih mudah dipengaruhi, dan lebih mudah mengimitasi.  Gustave Le Bon juga menambahkan bahwa dalam massa terdapat hukum bernama law mental unity, yaitu massa merupakan kesatuan pikiran dan jiwa. Sementara itu, Freud, seorang psikolog juga mengungkapkan bahwa pada dasarnya manusia memiliki jiwa lain yang berlainan dengan sifat-sifatnya. Namun, terkadang manusia kurang menyadarinya dan terpendam begitu saja. Baru setelah bergabung dalam situasi massa, sifat-sifat tersebut muncul.

Lalu pertanyaan timbul siapkah pihak berwenang sepakbola dan perangkat hukum di Indonesia dalam membuat manajemen crowd supporter sepakbola Indonesia jadi lebih baik paska kejadian Kanjuruhan...?

Jika mau ber selfish ria tentu kita akan menyerahkan semua masalah BESAR ini kepada otoritas sepakbola dan hukum yang ada, namun karena penulis juga sebagai pencinta sepakbola tentu kita tidak akan tinggal diam dalam membuat crowd sepakbola jadi lebih baik.

Sebagai pecinta sepakbola tentu kita tidak melulu diam kepada otoritas sepakbola dan hukum yang ada agar punishment dan reward selalu ditajukan straight line bagi semua pelaku sepakbola apapun bidang yang digelutinya. ketegasan layaknya otoritas sepakbola eropa dan perangkat hukumnya paska kejadian heysel seharunys harus menjadi ukuran awal memulai pembenahan majamenen crowd sepakbola ini.

selain itu juga psikologi sosial dalam supporter sepakbola pun harus diimbangi oleh kecerdasan sosial yang secara kolektif harus terus di injeksi kepada kelompok supporter dalam entitas sepakbola apapun baik label timnas maupun klub. Bacaan apapun harus menjadi asupan para supporter bahwa sejatinya sepakbola bola itu tercipa untuk menciptakan kesenangan kolektif bukan "tragedi kollektif". maka bacaan sejarah akan menjadi asupan utamanya. sehingga gerak laju para kelompok supporter ini akan menjadi lebih terarah akan dibawa kemana acuan mereka bergerak dan bergelora mendukung klub mereka masing masing. 

ketika bacaan sejarah dan logika sepakbolanya berjalan, maka perilaku "Eksistensialisme" akan menghilang dengan sendirinya semata mata demi membuat sepakbola itu sesuatu yang menyenangkan, bahkan jika mungkin sepakbola menjadi sebuah industri yang sehat bermanfaat bagi para semua pelakunya dari mulai supporter hingga owner klub klub dukungannya.

Dengan literasi dan bacaan yang membangun kecerdasaan sosial sepakbola tersebut maka para supporter akan menjadi penggerak perubahan sepakbola itu sendiri, sehingga siapapun para "pengurus" yang selama ini dirumorskan menjadi penghambat kemajuan industri sepakbola yang sehat akan tergulung oleh waktu yang natural. membangun kecerdasan sosial dan percepatan para supporter memberangus "pengurus yang bermain" juga terkadang membutuh kesabaran yang konsisten namun penulis yakin bahwa kesabaran kolektid tersebut akan menciptakan sebuah kekuatan yang besar dalam mendorong terbangunnya industri sepakbola yang sehat bermanfaat khususnya bahkan industri olahraga indonesia pada umumnya.

*) Juru Bicara SIKAMBARA: Kelompok Supporter Sepakbola Lampung