Solidaritas Wartawan Kian Lemah

Solidaritas Wartawan Kian Lemah
Oyos Saroso (Foto: Istimewa)

BANDARLAMPUNG - Pendiri AJI Bandarlampung Oyos Saroso mengkhawatirkan melemahnya solidaritas antarwartawan. Indikasi ini menguat bercermin dari kasus yang menimpa Ahmad Amri di Kejati Lampung.

Dalam diskusi kekerasan terhadap jurnalis digelar Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandarlampung, Selasa (09/11), Oyos menyayangkan tidak adanya solidaritas antara wartawan pers yang ada di lokasi peliputan. Bahkan, lanjutnya, ketika pihak Kejati membuat rilis bahwa kasus sudah selesai dan berakhir damai, sebagian besar wartawan mengambil rilis versi Kejati.

"Kalau ini terus terjadi, saya khawatir ke depan di antara kawan wartawan tidak ada solidaritas. Sehingga kalau ada kawan jadi korban kekerasan itu akan ditanggung sendiri," tuturnya.

Menurutnya, ada hal mendasar tidak dipahami pejabat soal kerja jurnalistik. Bahwa ketika jurnalis melakukan konfirmasi artinya ada hal harus diverifikasi kebenarannya. Sehingga narasumber jangan merasa tertuduh.

Oyos juga menekankan, paling penting untuk dikawal adalah benar atau tidaknya oknum jaksa melakukan kekerasan pada jurnalis tersebut menerima suap dari keluarga yang sedang dalam perkara.

"Paling penting harus selalu mengawal dan mencari tahu perkembangan penyelidikan terkait fakta tersebut," tukasnya.

Di sisi lain, Oyos menceritakan kondisi pers era tahun 2000an, 2010 dan saat ini. Jumlah wartawan saat ini meledak. Alhasil, profesionalitas dan integritas wartawan makin payah. Upaya Dewan Pers melakukan verifikasi dengan Uji Kompetensi Wartawan masih sebatas formalitas. Akibatnya, hanya sedikit wartawan yang sungguh-sungguh bekerja membela kepentingan publik. Mayoritas wartawan memanfaatkan untuk kepentingan pribadi. Giliran bermasalah, baru berlindung di balik undang-undang pers.