Rycko Gagal Dapat Rekom PKS, Bukti Lemahnya Golkar di Tangan Arinal

BANDARLAMPUNG – Pengamat politik asal Universitas Lampung (Unila) Dedi Hermawan menilai, gagalnya kader Partai Golkar mendapatkan rekomendasi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dalam Pilwalkot Bandarlampung membuktikan lemahnya konsolidasi di tubuh partai berlambang pohon beringin ini di era kepemimpinan Arinal Djunaidi.
Dia menyebutkan, dengan lepasnya PKS dari Rycko membuktikan bahwa konsolidasi di internal Golkar sendiri rapuh. Sehingga tidak bisa membangun komunikasi dengan Partai lain baik tingkat lokal maupun tingkat nasional.
“Ini merupakan salah satu kelemahan, jika pemimpin tidak dari kader murni dari Partai. Sehingga Partai Golkar tidak mampu memunculkan kepiawaian dalam berpolitik,” kata Dedi, Selasa (18/08).
Dia menyebutkan, sebenarnya Partai Golkar merupakan sebuah Partai Politik yang besar, memiliki sejarah yang panjang. Dan memiliki pengalaman yang banyak dalam pesta demokrasi. Seharusnya hal tersebut tidak menjadi hambatan kader Golkar maju dalam Pilwakot Bandarlampung.
“Gagalnya rekomendasi PKS untuk Rycko Menoza menjadi pertanyaan, diera kepemimpinan Arinal, dimana kepiawaian Golkar dalam politik selama ini sehingga tidak bisa leading dalam proses penentuan kepala daerah. Seharusnya, jauh-jauh hari, dengan segudang pengalaman di pesta demokrasi Golkar Lampung bisa lebih lincah dalam pilkada,” kata dia.
Sementara itu, saat ini kader golkar Rycko Menoza baru mendapatkan enam kursi dari Golkar, masih butuh setidaknya empat kursi lagi untuk bisa maju pilkada. Sedangkan pasangan Eva Dwiana-Dedi Amrullah sudah mengumpulkan 20 kursi, yakni PDIP 9 Kursi, Nasdem 5 kursi, PKS 6 kursi. Kemudian. Pasangan Yusuf Kohar-Tulus Purnomo sudah mendapatkan 17 kursi dari Demokrat 5 kursi, PAN 6 kursi, PKB 3 kursi, PPP 1 Kursi dan Perindo 2 kursi.
Tersisa 7 kursi lagi milik Partai Gerindra. Namun santer terdengar rekomendasi partai Gerindra condong ke pasangan Eva Dwiana-Dedi Amrullah.