REWAKO Makassar Sesalkan Pernyataan Ketua DPD Golkar Kaltim

REWAKO Makassar Sesalkan Pernyataan Ketua DPD Golkar Kaltim
Koordinator REWAKO Makassar, Anshar Manrulu (Foto: Istimewa)

MAKASSAR - Relawan Kolom Kosong (REWAKO) Makassar menyesalkan pernyataan Ketua DPD Golkar Kalimantan Timur (Kaltim), Rudi Mas'ud, disalah satu media online  soal pendukung dan pemilih kotak kosong patut dipertanyakan kejiwaan.

“Pernyataan itu sebuah penghinaan pada 300.795 rakyat Makassar yang sudah mendukung dan memenangkan kotak kosong di pilkada 2018,” tegas Koordinator REWAKO Makassar, Anshar Manrulu, melalui keterangan pers, Kamis (17/09) sore.

Dia menambahkan, pernyataan Rudi Mas'ud adalah bentuk stigmatisasi pada pilihan politik orang yang harusnya dihargai dan dihormati dalam sistem demokrasi. Pola seperti ini, lazim  digunakan dimasa orba (orde baru). Untuk memenangkan partai tertentu, cap dan stigma buruk diberikan pada rakyat yang punya pilihan berbeda.

“Saya terlibat secara langsung  sebagai kordinator REWAKO di pilkada Makassar 2018, yang akhirnya berhasil memenangkan kotak kosong. Yang saya temukan justru sebaliknya, pemilih kotak kosong di dominasi pemilih rasional yang termobilisasi karena kesadaran politik, bukan karena uang atau sembako. Makanya di hampir semua kawasan pemukiman yg dihuni golongan menengah keatas dimenangkan kotak kosong,” ujar Anshar.

Dia menyebut, apakah kondisi kejiwaan 300.795 rakyat Makassar yang sudah memilih dan memenangkan kotak kosong  irasional ? Tentu tidak, mereka rata-rata kelompok profesional yang justru memilih bukan karena afiliasi politik atau karena dijanjikan sesuatu.

“Mereka punya alasan rasional.  Mereka ingin menyelamatkan demokrasi yang di bajak oleh kekuatan oligarki dan dynasty,” tegasnya.

Menurutnya, pemilih kotak kosong juga tidak sebodoh yang dibayangkan, bahwa mereka berharap dipimpin kotak kosong. Mereka sangat memahami aturan, bahwa memilih kotak kosong berbeda dengan golput,  konsekwensinya akan ada pemilihan ulang jika kotak kosong menang, yang berarti membuka kesempatan munculnya banyak pilihan, sehingga yang terjadi benar-benar pemilihan, bukan seolah-olah memilih tapi calonnya cuma satu.