PilihTidak Mudik, Mahasiswa Lampung di Pulau Jawa Butuh Perhatian dan Bantuan Pemprov

BANDARLAMPUNG – Pandemi COVID-19 membuat banyak aktivitas dibatasi, termasuk mudik ke kampung halaman. Akibatnya, lebih dari seribu mahasiswa Lampung yang kuliah di pulau Jawa tidak bisa pulang kampung. Mereka terpaksa tetap tinggal asrama daerah rantau.
Sejak aktivitas perkuliahannya mengunakan skema Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) via daring, sebulan lalu. Para mahasiswa tersebut belum mendapat bantuan terdampak COVID-19 seperti sembako, APD dan vitamin, dari pemerintah Lampung.
Seperti halnya yang dituturkan oleh Kholis, mahasiswa Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Muhamadiyah Yogyakarta dan kawan-kawannya yang memilih tidak pulang kampung akibat dampak kebijakan pemerintah pusat melarang mudik.
“Karena ada aturan pemerintah untuk tidak mudik, kami sebagai warga Negara yang baik wajib mematuhi peraturan tersebut, kami terpaksa tidak mudik ke Lampung,” kata mahasiswa tingkat akhir ini, Rabu (06/05).
Kholis yang juga ketua Himpunan Mahasiswa Lampung (Himala) menyebutkan, ada sekitar lebih kurang seribu mahasiswa asal Lampung dari total keseluruhan delapan ribu mahasiswa. Terpaksa tidak bisa pulang ke Lampung dan bertahan di Yogyakarta. Dia menuturkan dirinya bersama ribuan mahasiswa yang bertahan disana belum mendapatkan bantuan dari pemerintah Yogyakarta dan pemerintah Lampung.
“Kalau bantuan, kita belum dapat. Baik dari pemda Yogyakarta maupun Lampung. Kalau pendataan sih, kami sudah diminta oleh badan penghubung. Tapi sampai sekarang belum juga mendapatkan bantuan,” kata dia.
Mahasiswa Yogyakarta tersebut sangat mengharapkan bantuan dari pemerinntah, terutama kebutuhan pokok selama bertahan di Yogyakarta. Sebab saat ini, mereka kesulitan untuk mendapatkan kebutuhan bahan pokok.
“Disini sih sudah susah untuk mendaptkan kebutuhan pokok. Banyak toko yang tutup, ada pun harganya cukup tinggi,” kata dia.
Hal senada juga di katakan oleh mahasiswa Lampung yang kuliah di Surabaya. Disana mahasiswa yang tidak bisa pulang kampung dan masih bertahan lebih dari 30 puluh orang. Namun mereka lebih beruntung ketimbang rekannya yang di Yogyakarta. Polda Jatim masih memberikan bantuan sembako kepada mereka.
“Kalau bantuan dari pemerintah provinsi Lampung kita belum terima sampai sekarang mas. Bantuan sementara itu berasal dari polda Jatim. Namun bantuan ini hanya untu mahasiswa yang ada di Surabaya, tidak tahu untuk mahasiswa yang kuliah daerah lain di Jawatimur ini,” kata Candra mahasiswa semester akhir UIN Sunan Ampel.
Mahasiswa semester akhir ini menyebut, saat ini mahasiwa di Surabaya juga sangat membutuhkan sembako dan alat pelindung diri seperti masker. Sebab harga kebutuhan pokok di Surabaya ini cukup melambung tinggi.
“Kalau kita disini membutuhkan sembako mas. Sebab disni harganya malah,” kata dia.
Sementara itu, Ubay mahasiswa universitas Wahid Hasyim Semarang, asal Lampung mungkin lebih beruntung dari dua rekannya lainya. Dia berhasil pulang ke kampung sejak sebulan lalu, sebelum larangan mudik di berlakukan.
Dia menyebut, mahasiswa Lampung yang di semarang pun demikian. Disemarang ada sebanyak 85 mahasisswa yang masih bertahan Semarang. Sampai sekarang belum ada bentuan dampak COVID-19 yang mereka terima dari pemerintah Provinsi Lampung. Bantuan sementara yang mereka terima dari Gubernur Jawa Tengah hanya sebagian. Mahasiswa yang tinggal di kost luput dari bantuan gubernur ganjar.
“Temen-temen yang masih bertahan di Semarang sementara ini hanya data bantuan dari pak Ganjar. Namun sayangnya teman-teman yang bertahan di kost luput dari bantuan tersebut,” kata dia.
Ubay yang juga ketua perkupulan mahasiswa Lampung di semarang menyebutkan, selain sembako. Mereka sangat membutuhkan bantuan uang tunai untuk menunjang proses PJJ via daring yang membutuhkan paket data. Mengingat sebagain besar orang tua mahasiswa di semarang penghasilannya juga turun akibat COVID-19 ini.
“Kalau cerita kawan-kawan di Semarang. Meski disana belum menerapkan PSBB tapi sebagian jalan protokol sudah banyak yang ditutup, mahasiswa disana sudah kesulitan untuk keluar-keluar. Sebagain mahasiswa disana mengahrapkan bantuan tunai, ini digunakan untuk menunjang proses belajar via daring. Mengingat uang kiriman orang tua pun masa pandemi ini juga terbatas,” kata dia.