Penanganan Korona di Lampung, Komisi V Minta Gubernur Tinjau Kesiapan RSUDAM
BANDARLAMPUNG – Lesty Putri Utami, Anggota Komisi V DPRD Lampung, meminta Gubernur untuk meninjau langsung pelayanan tenaga kesehatan rumah sakit umum daerah Abdul Moeloek (RSUDAM) dalam penanganan dan pencegahan korona.
Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Lampung ini menyebut, sebagai salah satu rumah sakit rujukan penanganan covid-19, yang ditunjung pemerintah. Informasi tentang korona sendiri di RSUDAM masih minim.
“Sebagai rumah sakit rujukan penanganan, tenaga medisi RSUDAM seperti belum siap. Pasalnya, masyarakat masih kebingungan untuk mengetahui informasi perosedur pelayanan tentang covid disana. Gubernur harus turun mengecek kesiapan rumah sakit,” kata dia, Senin (23/03).
Tidak hanya itu, lanjut dia, yang tidak kalah penting adalah perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat terkait virus tersebut. Terutama prosedur perawatan dan pengobatan masyarakat yang memiliki gejala batuk pilek.
"Jangan sampai dengan adanya berita tentang isu virus ini masyarakat menjadi panik, sebab hal ini akan menyebabkan kegaduhan dan tidak menyelesaikan masalah. Perlu ada sosialisasi perosedural untuk masyarakat yang ingin memeriksakan diri," tegasnya.
Masyarakat katanya harus diberikan informasi yang detil tentang masalah virus itu, baik melalui media massa dan media lainnya, seperti pemahaman tentang ciri-ciri gejala penyakit dan apa yang harus dilakukan.
"Bila tidak seperti itu, maka masyarakat hanya akan merasa ketakutan tanpa tahu apa yang harus mereka lakukan," kata dia.
Sebelumnya, Andry salah satu tenaga ahli DPRRI asal Lampung yang baru saja pulang dari wilayah terdampak korona. Keluhkan pelayanan tenaga medis di RSUDAM terkait penanganan virus korona atau covid-19.
Andry menilai, RSUDAM yang di tunjuk sebagai rumah sakit rujukan penanganan covid-19, masih kurang sigap menangani masyarakat yang datang untuk memeriksakan diri.
“Karena ingin mengikuti protokol pemerintah tentang Penanganan covid-19, memeriksakan diri ke pelayan RS yang telah ditunjuk pemerintah. Sebab saya baru saja pulang dari wilayah yang mengalami wabah korona,” kata dia, Senin (23/3).
Andry menceritakan, sejak kepulangan dari Jawa Barat, dirinya mengalami gejala batuk dan pilek. Karena khawatir, dia memeriksakan diri ke RSUDAM. Dirinya mengajak anak dan istrinya datang ke rumah sakit. Sebelum sampai konsultasi dengan dokter, Andri harus lewati proses dan prosedur yang cukup panjang.
“Saya ke rumah sakit untuk konsultasi dengan dokter terkait korona ini. Namun, sayangnnya tenaga medis di RSUDAM terlihat seperti kurang sigap. Malah meminta bayaran, dan tidak bisa menggunakan BPJS. Alasannya negara hanya menanggung biaya masyrakat yang sudah positif korona, kalau hanya cek up tidak,” kata dia.
Dia berharap, RSUDAM seharusnya membekali kepada petugas sekuriti, perawat dan petugas lainnya di RS tentang fasilitas pencegahan covid-19, karena merekalah yang akan ditanya dulu oleh orang orang yang akan memeriksa atau mencari info tentang korona dan sebagainya.