Pemkot Semarang Siapkan Rp27 Miliar Beli Peralatan Pencegah Korona

Pemkot Semarang Siapkan Rp27 Miliar Beli Peralatan Pencegah Korona
Walikota Semarang Hendrar Prihadi

SEMARANG - Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang, Jawa Tengah (Jateng) berupaya serius untuk menghadapi penyebaran virus korona (covid-19) yang hingga saat ini sudah menyebar di seluruh Indonesia untuk melakukan sejumlah strategis penanggulangannya.

Walikota Semarang Hendrar Prihadi mengatakan tak kurang dari anggaran sebesar Rp27 Miliar siap digelontorkan oleh instansi.

Menurutnya, dana yang bersumber dari pergeseran APBD Pemkot Semarang serta dana tak terduga itu nantinya akan digunakan untuk membeli sejumlah peralatan medis, obat, vitamin, cairan antiseptik, disinfektan, pakaian pelindung diri, serta kapsul evakuasi untuk membawa masyarakat yang positif teridentifikasi virus korona.

"Dana tersebut juga nantinya akan digunakan untuk melakukan lebih dari 10 ribu Rapid Diagnostic Test (RDT) kepada masyarakat di Kota Semarang, terkhusus yang ada dalam kategori orang dalam pantauan (ODP),"ujarnya, Minggu (22/03)

Adapun, lanjutnya, secara rinci sebanyak 2.480 Rapid Test dilakukan oleh RSUD KRMT Wongsonegoro Kota Semarang, dan 7.920 Rapid Test dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Semarang.

"Kategori ODP sendiri ditetapkan bagi masyarakat yang dalam 14 hari belakangan bepergian ke luar kota maupun luar negeri, atau yang pernah berinteraksi dengan pasien positif korona," tuturnya.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Abdul Hakam menuturkan, dari total anggaran sekitar Rp27 Miliar, untuk Dinas Kesehatan Kota Semarang teralokasi sekitar Rp11 Miliar dan sisanya dialokasikan guna keperluan RSUD KRMT Wongsonegoro.

"Penggunanaan anggaran tersebut khusus untuk penanggulangan COVID-19 di Kota Semarang, mulai dari pengadaan tablet klorin sebagai disinfektan, kapsul evakuasi, dacron swab, sampai RDT dan Rapid Diagnostic Test sendiri kalau dengan yang dilakukan di RSWN (RSUD) KRMT Wongsonegoro ada 10 ribu lebih," ujarnya.

Direktur RSUD KRMT Wongsonegoro, Susi Herawati, mengatakan, jika Rapid Test merupakan langkah awal yang cepat untuk mengidentifikasi korona.

Menurutnya, Rapid Test ini akan kita lakukan dengan mengambil sample darah. “Kalau positif akan kita lakukan dengan swab tenggorokan dan kemudian kita kirim ke lab,” ungkapnya.

"Tapi nanti kalau kita lakukan Rapid Test hasilnya negatif, di hari ke-7 sampai ke-10 akan kita test lagi, kalau tetap negatif berarti yang bersangkutan kita nyatakan negatif," tutur Susi.