Pembeli Takut Korona, Omset Pedagang Pasar Tradisional Ende Menurun

ENDE-Mewabahnya covid-19 di tanah air, membuat para pedagang tradisional di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT), mengeluhkan turunnya penghasilan harian mereka.
Ayu misalnya, salahseorang pedagang pasar Mbongawani saat ditemui mengatakan, karena virus korona pasar menjadi sepi, menyebabkan banyak pembeli merasa takut datang untuk berbelanja di Pasar Mbongawani Ende.
Selan itu, meroketnya harga sembako di setiap toko-toko di daerah Ende menyebabkan pihaknya kesulitan untuk membelanjakan barang dagangan dari toko untuk dijual di kios mereka.
“Beras, gula pasir, bawang merah, bawang putih, minyak goreng, telur ayam, jagung, kacang hijau, semuanya rata-rata mengalami kenaikan,” bebernya, Kamis (02/04) kemarin.
Misalnya gula pasir, sebelum covid-19 menerpa Indonesia, kata Any, harga di pasaran masih dibandrol sebesar Rp700 ribu per karung, “Namun setelah covid-19 menerjang ibu kota dan merambat ke pelosok daerah, harga gula pasir naik hingga Rp850-900 ribu per karung,” katanya.
Satu karung gula pasir, kata dia, biasanya habis terjual dalam jangka waktu 2 hari. “Namun sekarang lama, mungkin karena harganya naik juga. Sementara harga beras dari Rp450 ribu, melonjak naik tinggi hingga per karung Rp650-750 ribuan,” katanya.
Selain loncatan harga beras dan gula, harga minyak goreng pun, mengalami kenaikan dari kisaran Rp270 ribu perdus, naik menjadi Rp280-290 ribu.
“Untungnya memang tipis, paling 1 dus dapat untung Rp10 ribu,” kata Mama Any.
Tidak hanya itu, bawang merah dan bawang putih pun mengalami kenaikan yang cukup signifikan dari kisaran harga Rp140 ribu naik hingga Rp200 ribuan perkarung. Sedangkan harga bawang merah yang awalnya kita ambil dari distributor dengan harga Rp20 ribu perkilogram naik ke harga Rp30 ribu perkilogram.
“Pastinya, kami akan menjual dengan harga Rp35 ribu, agar kami bisa mendapat untung walau hanya sedikit,” tukasnya.