Oksigen Terbatas, RSUD A Yani Kota Metro Menyerah

METRO - Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ahmad Yani Kota Metro, Lampung mengaku angkat tangan terkait keterbatasan oksigen yang dinilai darurat. Hal itu disampaikan Plt. Direktur RSUD Ahmad Yani Metro dr. Hartawan dalam konferensi Pers yang berlangsung di kantor RS setempat, pada Jumat (30/07). Konferensi Pers tersebut digelar hingga menyikapi kabar yang sempat viral terkait meninggalnya Yohanes Erlangga (27) Jalan Banteng RT 39 RW 15, Kelurahan Hadimulyo Timur, Kecamatan Metro Pusat, yang diduga akibat tidak mendapatkan pelayanan kesehatan pada sejumlah Rumah Sakit di Kota Metro.
Hartawan mengaku terdapat keterbatasan oksigen di RSUD Ahmad Yani. Namun pihak rumah sakit membantah terkait penolakan penanganan pasien.
"Kejadian kemarin memang pasien betul datang ke RSUD Ahmad Yani sekira pukul 14.30 WIB. Kondisi saturasi oksigen pasien waktu itu hanya 50 persen, kalau kita kondisi normal ini kan saturasi oksigennya diatas 90 persen. Jadi memang betul-betul dia membutuhkan oksigen," kata Hartawan.
Selain itu Hartawan mengaku dilema lantaran hanya terdapat dua pilihan dalam upaya penanganan pasien. Pertama, jika pasien diterima tapi tidak bisa mendapatkan oksigen, sedangkan jika tidak mendapatkan oksigen keluarga pasien akan mengajukan komplain.
"Kalau kita terima nanti di Ahmad Yani, di UGD dia tidak akan dapat oksigen, kalau dia tidak dapat oksigen, jelas keluarga akan lebih komplain, jadi dilemanya dua, apakah mau kita tidak terima dengan kondisi penyampaian bahwa memang kondisi oksigen kita kosong," ujarnya.
"Atau kita terima dengan keluarga komplain, ngapain terima karena oksigen kosong. Akhirnya kondisi memberatkan pasien. Itulah yang menjadi dilema bagi kita. Karena oksigen kita bener-bener yang tersegel kosong, jadi kami bukan menolak," terangnya.
Ia juga mengatakan, pasien COVID-19 yang ditangani RSUD Ahmad Yani penuh sehingga tak dapat menampung Yohanes, selain itu, kondisi oksigen juga benar-benar kritis bahkan di ruang IGD terdapat 27 pasien, sementara oksigen yang terpakai ada 24.
"Artinya ada 3 pasien yang tidak menggunakan oksigen, sedangkan di ruang isolasi ada 43 pasien COVID-19 yang sudah menggunakan oksigen," jelasnya.
Diakuinya, masalah ketersediaan oksigen merupakan masalah nasional. Masalah oksigen tersebut juga kata dia, betul-betul menguras pikiran dan menyebabkannya stress.
"Karena oksigen ini kita benar-benar berlomba-lomba. Kita ada dua rekanan di Lamteng dan Natar. Kita juga ke PT Pusri Palembang. Tapi kita harus berpacu dengan waktu. Karena pasien COVID kami tidak berhenti. Sedangkan kebutuhan oksigen yang ada hanya cukup untuk pasien yang dirawat," paparnya.
Dirinya juga menyebutkan, stok di Natar yang biasanya banyak. Akan tetapi saat kejadian yang di Natar pada saat itu ada demontrasi. Sehingga menghambat kedatangan oksigen.
"Biasanya maksimal pukul11 pagi datang, tapi karena ada demo di Natar yang meminta keluarga berebut oksigen, akhirnya truk-truk yang sudah MoU (bekerjasama) dengan rumah sakit itu tidak bisa keluar. Kondisi itu yang membuat adanya keterlambatan oksigen," tandasnya.