Merasa Citra Kampung Tercemar, Tokoh Adat dan Warga Nibung Minta Klarifikasi Polres Metro

LAMPUNG TIMUR – Pernyataan Kasat Reskrim Polres Metro, Lampung, AKP Andri Gustami yang dimuat sejumlah media terkait adanya amuk massa terhadap mobil Tim Tekab 308 saat melakukan penangkapan tersangka begal di Desa Nibung, Kecamatan Gunungpelindung, Lampung Timur, disesalkan tokoh adat dan tokoh masyarakat setempat.
Rizal Ismail selaku Sultan Keratuan Melinting menegaskan, tidak ada perlawanan dari warga atau keluarga tersangka untuk membebaskan pelaku apalagi amuk warga desa pada anggota kepolisian.
“Pernyataan tersebut tidak benar dan tidak dilakukan sama sekali oleh warga Desa Nibung,” ungkap Rizal, Rabu (17/03).
Menurutnya, pemberitaan media yang mengutip pernyataan tersebut tidak berimbang dan tidak sesuai dengan fakta yang terjadi.
“Pemberitaan itu telah merugikan dan merusak nama baik serta citra Desa Nibung pada masyarakat banyak diluar sana. Akan ada stigma bahwa warga desa akan terus dan selalu melindungi pelaku tindak kriminal dari kepolisian dan jerat hukum yang ada. Kami meminta atas nama tokoh adat kepada Polres Metro dan media untuk mengklarifikasi pemberitaan tersebut, karena dari warga desa tidak ada yang melakukan hal tersebut apalagi sampai melakukan amuk massa terhadap pihak kepolisian dan mobil kepolisian hingga menyebabkan kerusakan,” ujar Rizal.
Syamsi Pangeran Kusuma Jaya selaku tokoh masyarakat meminta Kasat Reskrim Polres Metro untuk mengklarifikasi pemberitaan yang beredar.
“Informasi yang beredar di media yang menyebutkan bahwa ada proses menghalang-halangi penangkapan tersangka dan perlawanan serta ada amuk massa dari warga desa Nibung itu tidak benar. Saya meminta Kasat Reskrim Polda Metro untuk mengklarifikasi berita yang beredar dengan fakta sebenar-benarnya yang terjadi khususnya untuk masyarakat desa Nibung dan masyarakat luas, berita itu tidak benar bahkan kejadian sebenarnya proses penangkapan dilakukan dengan adanya tembakan membabi buta pada saat penangkapan dan proses membawa tersangka sepanjang jalan di desa Nibung, sekali lagi saya sebagai tokoh masyarakat meminta Polres Metro untuk mengklarifikasi bahwa berita yang mereka sebutkan di media itu tidak benar,” ujar Syamsi.
Juanda warga Desa Nibung yang berada dilokasi saat penangkapan juga mengatakan tidak ada perlawanan dari siapapun, baik dari pihak keluarga maupun dari warga desa.
“Saat kejadian saya menghampiri pihak kepolisian dan saya tahu harus melakukan apa, saya harus kooperatif dengan pihak kepolisian, saya mengatakan kepada pihak kepolisian untuk segera menyudahi perbuatan mereka yang buang tembakan terus menerus, karena tersangka sudah tertangkap, dan tidak ada warga desa yang mendekat karena takut kepada pihak kepolisian, pun dari keluarga tersangka tidak ada yang keluar rumah sama sekali,” kata Juanda.
Samsuri, warga lainnya mengatakan, pada saat penangkapan dirinya mendengar suara tembakan dan melihat dari dalam kaca jendela rumah. “Mereka (Polisi) beramai-ramai membawa tersangka, dan saat dibawa saya melihat tersangka dalam kondisi sehat dan tidak ada warga lain selain Junda, tetangga depan rumah saya yang ada di TKP. Jadi tidak ada perlawanan dari warga desa, dari kelompok warga desa, dari keluarga tersangka, dan dari kelompok manapun, setelah tersangka dimasukan kedalam mobil, pihak kepolisian langsung berangkat namun diiringi suara tembakan yang membabi buta sepanjang jalan mulai dari depan rumah tersangka sampai pada jalan kuburan di desa kami. Jadi tidak benar masyarakat ada yang menghalang-halang, membantu membebaskan tersangka, melakukan amuk terhadap pihak kepolisian, itu tidak benar, itu fitnah, mengada-ada,” terangnya.