Menjemput ANNA Part-8 (Serial Fiksi Bersambung)

Oleh : Erizeli Jely Bandaro
Bagaimanapun saya tetap harus hati hati terhadap Anna. Dia terlatih sebagai pemain lapangan. Dia juga phd financial engineering dari Harvard. Tract record nya berhasil menghimpun ribuan rekening dari ratusan ribu transaksi kedalam satu rekening dibawah kendalinya. Itu artinya kecerdasarannya diatas rata rata para banker dan trader di pasar uang. Dengan caranya yang nampak lugu semakin membuat saya hati hati. Setidaknya Lyly berhasil membuat Anna percaya bahwa saya tidak lagi orang ICF. Dengan demikian Anna tidak perlu ragu memanfaatkan saya. Anna sengaja mengajak saya ke Asset Management Group (AMG) di Frankfurt untuk melihat sendiri bagaimana reputasi saya dihadapan AMG. Dari sana Anna akan tahu siapa dibalik saya sesungguhnya.
Dalam perjalanan ke Frankfurt didalam pesawat Anna dan saya duduk bersebelahan. Dasha duduk dikursi barisan belakang. Tidak ada pembicaraan diantara kami selama dalam pesawat. Anna lebih banyak tidur. Tapi pikiran saya terus penuh dengan beragam pertanyaan tentang Anna. Apakah Anna sudah mengetahui hubungan saya sebelumnya dengan Trinity Capital. Ataukah karena kebetulan saja Anna sedang kesulitan mendapatkan solusi kredit line setelah the fed menolak kredit line atas jaminan asset nya ?. Dan ketika ada penawaran melalui OTC tentang Trinity Capital, dia segera tubruk. Apalagi dia tahu bahwa orang orang Trinity Capital bagian dari Controller the Fed. Kalaupun sampai akhirnya dia menemui saya, itupun karena pihak AMG memberikan daftar pihak yang dipercaya oleh the mereka.
Saya yakin kalau sampai nama saya masuk dalam daftar nama yang direkomendasi oleh AMG, itu tentu berkat Scott. Megapa? karena Scott ingin saya ambil bagian dalam perebutan rekening yang di kendalikan oleh Anna. Tapi lyly sudah antisipasi dengan men- disconnect jaringan SafeNet saya. Sehingga Scott akan kesulitan mengakses semua aktifitas saya disetiap putaran transaksi 144 A. Masalah akan muncul bila Scott hanya memberi akses ke Trinity Capital melalui jaringan SafeNet yang main-server nya ada di Tel Aviv. Tentu peran saya akan gagal diandalkan oleh Anna. SafeNet akan disconnect secara otomatis apabila terdeteksi ada pihak yang meng hack. Ini akan jadi permanen tanpa bisa daftar ulang lagi. Kalaupun bisa terkoneksi lagi , akan butuh waktu paling cepat 8 bulan. Begitu panjang standar procedurenya untuk bisa mendapatkan akses SafeNet.
Satu satunya cara untuk mendapatkan kembali jaringan SafeNet adalah menghubungi Lyly. Entah bagaimana caranya, dia harus bisa membantu saya, kalau tidak, misi ini akan gagal. Karena Anna akan curiga bahwa saya hanyalah pretender. Saya harus merebut kepercayaan dari Anna agar saya bebas mengendalikan dia dan mendapat code akses nya terhadap rekening USD 280 miliar dollar untuk kepentingan perjuangan Hizbullah yang terhubung dengan ICF. Karena itu, setelah saya berhasil meyakinkan AMG, maka saya akan hubungi Lyly. Tapi bagaimana ? bukankah dia tidak bisa di hubungi lagi ?
Sampai di Bandara Frankfurt kami langsung menuju InterContinental Hotel terlebih dahulu. Karena hari telah malam. Keesokan paginya kami akan meeting dengan AMG. Anna memilih kamar disebelah saya. Dasha di kamar sebelah juga. Jadi saya diapit kamar oleh dua orang wanita. Ketika sarapan pagi, Anna duduk satu table dengan saya.
“ Jaka, jam 11 kita berangkat ke AMG. Sebentar lagi team saya akan datang kemari untuk sama berangkat ke sana.”
“ Saya pikir hanya kita berdua”
“ Oh tidak. Kamu kan tahu saya tidak bekerja sendiri. Ada team terlibat. Tapi tetap semua kami dibawah kendali kamu. Percayalah, semua mereka loyal terhadap saya.”
“ KIta lihat nanti.”
***
Ada tiga orang team Anna yang ikut kami ke pertemuan. Namun mereka tidak ikut meeting. Di ruang meeting AMG kami berhadapan dengan tiga orang investment banker. Semua pria. Usia mereka tidak ada yang diatas 50 tahun. Tanpa berbasa basi salah satu dari mereka berkata,
“ Anna, sebaiknya kamu membuat special propose company di wilayah bebas pajak sebagai mandatory Asset kamu. “
“ Mengapa harus created SPC ? bukankah mandatory cukup “
“ Nama perusahaan kamu sudah delisted karena gagal delivery commitment dipasar 144A akibat the fed menolak kredit line atas jaminan asset kamu. “
“ Oh i see. “
“ Sebaiknya nama Jaka sebagai pemegang saham utama. “
“ Tapi apakah ada jaminan bahwa Trinity Capital akan accepted ?
“ Tidak ada jaminan. Tapi nama Jaka sudah qualified untuk bisa deal dengan Trinity capital “
Anna melirik kearah saya “ Bagaimana Jaka ?
“ agreed ”
“ OK kita akan segera dirikan SPC sekarang juga. Kamu sebagai CEO dan pemegang kendali atas Asset saya sesuai mandatory yang saya berikan “Kata Anna.
“ Ok. Kalau begitu sampai ketemu besok siang. Saya harap SPC sudah berdiri untuk kita mulai persiapkan akad mandatory asset. “ Kata salah satu pria dari AMG. Kami semua berdiri dari tempat duduk kami dan keluar dari ruangan meeting.
***
Anna mengajak saya ke kantor Agent yang akan mengatur pendirian SPC. Ketiga teamnya berlalu karena ada urusan lain. Setelah mengisi formulir pendirian SPC , dalam 35 menit urusan pendirian SPC selesai. Agent berjanji dengan kami akan menyerahkan CR paling lambat keesokan paginya. Anna mengajak saya ke Café L Emir, di Weserstrasse. Masakan Libanon. Dasha duduk menjauh dari table kami.
“ Jaka, itu staff kamu, sangat setia dengan kamu” Kata Annah mengarah kepada Dasha.
“ Kenapa kamu berpikir seperti itu ?
“ Tadi saya perhatikan waktu kita meeting di AMG, dia berada di ruang tunggu kantor. Dan ketika kita keluar dari ruang meeting dia masih dalam keadaan berdiri. Artinya dia tidak dalam keadaan duduk. Hebat sekali “
“ Dia professional. “
“ Termasuk bawa tas kamu ?
“ Ya. “
“ Sekretaris pribadi, ya”
“ Ya.”
“ Cantik dan muslimah yang baik. Sangat sopan dan terpelajar. Engga seperti biasa orang asia memilih sekretaris yang tidak memakai jilbab “
“ Emang kenapa dengan Jilbab? Sama aja dengan pakaian lain.”
“ Ya sih hanya engga modis aja.Apalagi gaya jilbab nya seperti itu. Warna hitam terikat dikepala secara praktis.” Saya hanya tersenyum mendengar sikap Anna terhadap Dasha. Memang sekilas penampilan Dasha sama dengan wanita muslimah pada umumnya. Tapi Anna tidak tahu bahwa Dasha kill master terlatih. Dibalik balutan pakaian muslim itu ada kekuatan dahsyat. Saya pernah saksikan bagaimana Dasha menghabisi tiga orang manusia dengan wajah dingin.
“Bagi saya beragama itu bukan hanya symbol dalam bentuk pakaian dan ritual semata. Tapi lebih kepada hakikat. Sudahkah kita bercinta dengan Allah? dengan hanya Allah? dengan selalu pasrah, patuh, dan tunduk terhadap perintah-Nya? berucap dengan jiwa dan raga, bahwa yang benar itu benar, dan yang salah itu salah? sudahkah itu kita lakukan? Sudahkah kita berbuat yang terbaik untuk Allah? untuk kemuliaan risalah-Nya? Apa !!Apa yang telah kita berikan, yang kita perjuangkan, yang kita sumbangkan, yang kita persembahkan, yang kita abdikan? setarakah dengan sumbangan yang telah diberikan oleh saudara-saudari kita di Palestina, di Bosnia, di Sudan, di Siria, di Kashmir ? atau bahkan dengan saudara-saudari muslim kita yang mendera lapar karena dizolimi oleh pemerintah yang tidak adil?.
Bahkan mereka juga sanggup dipenjara, disiksa, dibunuh secara keji, secara diam-diam tanpa sepengetahuan kita, lalu mereka difitnah sebagai pemberontak, fundamentalis, kaum separatis, ekstrimis, radikalis, dan teroris. Bahkan sebagiannya dibantai secara terang-terangan di hadapan kita. Tapi mereka tetap tegar mempertahankan kebenaran dan menegakkan kehormatan risalah suci tercintanya. Nah kita yang mengaku beriman kepada Allah dan hari akhir-Nya, sudah setarakah kita dengan perjuangan mereka?” Begitulah dia menjadikan islam sebagai jalan hidupnya.” Kata Anna dengan bersemangat.
“ Ketidak adilan memang harus dilawan tapi tidak ada kewajiban kita untuk memaksakan kehidupan ini tentram, walau Al Quran dan Hadith di tangan kanan kita. Perjuangan keadilan itu bukan dalam keluhan dibalik kemarahan tersembunyi, yang kapan saja bisa meledak dalam bentuk kebencian dan kekerasan. Tidak bisa begitu. Menghadapi ketidak adilan dengan iman dan ikhsan. Akhlak mulia yang utama. Bagaimana mengubah peradaban yang buruk ini dengan akhlak. Dengan akhlak mulia itu,kita akan selalu bisa berdamai dengan kenyataan dan tetap teguh menjadi mutiara ditengah pasir. Cahaya akhlak itu yang akan menyebarkan nilai nilai islam. Kita tidak berkata kepada orang bahwa agama kita terbaik tapi kita tunjukan bahwa kita memang terbaik. “
“ Tapi, Jaka ketidak adilan dunia sudah mengharuskan kita menabuh perang. Engga bisa dengan hanya pasrah menerima kenyataan. Tidak bisa”
“ Bukan pasrah tapi semakin istiqamah ditengah ketidak adilan dan mengubah peradaban buruk itu dengan akhlak kita. Bukan tidak mungkin semua hal yang buruk itu sebagai cobaan kepada kita, untuk menguji keimanan kita. Bukankah belum dikatakan orang beriman bila belum diuji. Ketidak adilan itu adalah ujian untuk kita”
Anna hanya tersenyum. Mungkin dia paham apa yang maksud. Atau dia tidak mau berdebat dengan saya. Padahal saya sudah siap meladeninya. Kami menghentikan diskusi ketika makan terhidang. Anna mendekati meja Dasha. Dia mengajak Dasha gabung di meja kami. Tapi Dasha menolak halus.
“ Saya tidak mengerti mengapa dia tidak mau diajak gabung ? Kata Annah.
“ BIarin aja. “
“ Kamu larang ?
“ Engga.”
“ Dia terlalu menghormati kamu. Orang Nepal memang begitu.”
“ Sehabis makan ini, apa rencana kamu ?
“ Kembali ke Hotel. “
“ Oh I see. Saya akan mendampingi direktur saya meeting dengan banker di sini.”
“ Oh ya. Boleh saya ikut kamu ?
“ Engga ada masalah.”
***
Kami berjalan kaki ke gedung Investment Banking, yang jaraknya tidak begitu jauh dari restoran. Ketika saya sampai di loby, nampak James melambaikan tangan. Dia menjabat tangan saya dan juga Anna.
“ Kamu sehat James ?
“ Sehat pak. Bagaimana dengan anda ?
“ Saya sehat. Mari kita langsung temui George di kantornya.” Kata saya menuju lift.
“ Saya sudah kirim semua file tentang project ke George. Dia tertarik untuk memberikan solusi pembiayaan. “ Kata James didalam Lift.
“ Oh Ya Bagus. “
George menyambut saya di ruang tunggu kantornya. “ Jaka, ketemu lagi. Bagaimana sehat ?
“ Sehat. Kapan ke Hong Kong lagi.”
“ Ya kangen Hong Kong. Moga tahun depan ya. Mari Jaka “ kata George menuntun saya ke ruang meeting.
James mempresentasikan proye di hadapan Georger dan team nya. Saya hanya menyaksikan saja. Setela usai presentasi, George menghadapkan wajah ke saya “ Jaka, prinsipnya kami setuju untuk membiayai proyek ini. Skema pembiayaan kamu menarik dan secure. Tapi..“
“ Apa?
“ Begini Jaka, kita buat sederhana. Kam start dengan USD 500 juta atau 20% dari total pembiayaan. Kalau program relokasi industry dari Korea dan Jepang, juga downstream CPO China terealisir 20%, kami akan lead menarik pinjaman dari market. Tapi dari USD 500 juta itu LTV sebesar 80%. Gimana ?
“Deal. “
“ Ok, kita proses dari sekarang. Semua proses kredit di lakukan kantor cabang kami di Hong Kong.“ Kata George berdiri dari korsi. Kami semua berdiri dan keluar dari ruang meeting.
“ James, kamu segera kembali ke Hong Kong. Pastikan Doni bergabung dengan team financial engineering Holding. Saya ingin paling lambat 2 bulan pembiayaan proyek ini selesai. Kamu kejar Wada agar segera pastikan mitranya di jepang dan korea memenuhi komitmen merelokasi industry ke Ginzo. Juga, pastikan Tong berhasil melobi pemerintah China agar ketentuan relokasi downstream CPO ke Ginzo keluar bulan depan. Paham “
“ Paham. Pak. “
“ Ok. Saya segera ke Bandara untuk kembali ke Hong Kong. “ Kata jemes. Kami berpisah di depan loby gedung investment banker. Saya lirik Anna yang nampak tersenyum. “ Luar biasa. Efisien sekali. Meeting yang cepat dan hasil yang luar biasa.Tapi yang luar biasa, cara James mempresentasikan bisnis yang akan dibiayai. Bagaimana kamu mendidik team kamu begitu hebatnya bekerja ?
“ Mereka professional dan saya perlakukan mereka secara professional. “
“ I see. “
BERSAMBUNG