Media Bukan Sekadar Bacaan

Media Bukan Sekadar Bacaan

Oleh: Deni Haddad *)

Di usianya yang semakin matang, sejak diresmikannya Hari Pers Nasional pada 78 tahun lalu atau tepatnya 9 Februari 1946, tentu pers nasional telah mengalami pasang surutnya sebagai sebuah institusi media yang independen dan bertanggungjawab.

Pers, media massa, atau sering disebut sebagai media saja, sudah sangat familiar dengan kehidupan masyarakat. Akrabnya media dengan kehidupan masyarakat, menempatkan media pada posisi penting dalam masyarakat.

Ketergantungan masyarakat pada media pun kini semakin dimudahkan dengan adanya teknologi digital. Gadget dan internet menjadi genggaman wajib yang memanjakan kaum milenial pada saat ini.

Jika sebelumnya pers hanya memainkan satu saluran saja, misal perusahan pers cetak dia hanya mencetak surat kabar saja, maka sekarang perusahan pers cetak pun menyajikan konten digital dalam bentuk website atau streaming, yang tak lain guna menyajikan informasi bagi pengguna gadget atau seluler,

Mengutif kalimat 'Theodore Jay Gordon' mengatakan, ada empat daya kekuatan yang mengubah dunia jurnalisme pasca industrialisasi, yaitu munculnya abad komputer dan dominasi elektronika; globalisasi dari komunikasi ketika geografi menjadi kurang penting; perubahan demografi, terutama pertambahan jumlah orang-orang yang berumur di atas 40 tahun: dan perkembangan teknologi informasi yang begitu cepat.

Keberhasilan perusahaan pers ditandai oleh banyaknya iklan yang masuk. Hal ini berhubungan dengan pembaca atau konsumen. Jadi ada hubungan antara pers, pembaca dan iklan.

Di sini logika ekonomi berlaku, yaitu memproduksi berita sesuai dengan selera pembaca, agar dibaca sebanyak mungkin orang dan akan mengundang datangnya konsumen pengiklan.

Ketika selera pasar menuntut sebuah kecepatan, maka pers pun berusaha untuk mengakomodirnya. Sayangnya, kecepatan informasi yang disajikan oleh media online saat ini masih banyak pula tidak diimbangi dengan ketepatan informasi yang disajikan.

Seiring pesatnya perkembangan media online di mana gadget atau seluler menjadi perangkatnya, masih banyak pula media menyajikan informasi yang sering kali tidak mengedepankan etika jurnalistik, dimana objektifitas dikesempingkan misal; akurasi, fairliness, kelengkapan dan imparsilitas, terkadang cuma mengejar instannya saja, seolah terdepan dan tercepat menyajikan informasi kepada publik.

Dengan keinstanan tersebut terkadang menjadi masalah, seolah penyebaran informasi jauh lebih cepat dari media konvensional, namun di satu sisi mengorbankan prinsip-prinsip dasar jurnalisme diantaranya akurasi sebuah berita.

Di masa di mana media daring (online) saat ini, publik atau pembaca juga kadang sering kali terjebak dengan judul pemberitaan tanpa membaca akurasi isi berita selanjutnya membandingkan dengan pemberitaan yang lain, dengan kecepatan teknologi yang makin mumpuni saat ini, si pembaca menyebarkan lewat platform media sosial sehingga menjadi konsumsi publik yang keakuratan isi beritanya masih dipertanyakan.

Di sini peran pers semestinya jangan terjebak dengan dominannya kecepatan pembuatan berita, banyaknya isi berita juga mengejar konsumen pembaca, namun juga sangat penting bagi pelaku industri media menyajikan pemberitaan dengan akurasinya benar serta berimbang.

Sudah saatnya bagi media mengikuti perkembangan teknologi yang ada, namun media (insan pers) juga konsisten menyajikan informasi yang benar sehingga tetap menjadi pilar ke 4 demokrasi di Indonesia, demi menciptakan kondisi kondusif bangsa serta demi mencerdaskan masyarakat menuju Indonesia Maju.

Selamat Hari Pers Nasional, semoga insan pers senantiasa merdeka dalam menyajikan informasi, merdeka dalam berdemokrasi serta merdeka dalam mengisi pembangunan bangsa, jadilah pewarta yang 'Hebat' independensi menjadi hal yang utama, dengan akurasi informasi yang benar serta berimbang, sehingga informasi yang disajikan bukan sekadar bacaan.

Yang semuanya saat ini tentu demi mengawal transisi kepemimpinan nasional serta menjaga keutuhan bangsa yang kita cintai ini, sekali lagi dirgahayu Pers Nasional, Merdeka.

*Politisi PDI Perjuangan