Mahasiswa Nilai Penanganan Wabah Covid-19 di Lampung Lamban

Mahasiswa Nilai Penanganan Wabah Covid-19 di Lampung Lamban
Gubernur Lampung Arinal Djunaidi (foto: istimewa)

BANDARLAMPUNG-Mahasiswa mengkritisi kinerja Pemerintah Provinsi Lampung yang dinilai lamban menangani wabah covid-19 yang semakin menyebar luas.

“Ini sebenernya media males ngliput atau emang gubernurnya nggak ngasih intruksi si. Soalnya saya nggak tau Arinal (Gubernur Lampung) ngapaian aja. Yang saya tau Nunik kemarin cuma ngasih imbauan. Lampung masih kurang tanggap kalau dibandingin provinsi lain, kalah sama Tegal yang kabupaten. Jateng juga udah cek-cek logistik pangan tuh,” kata Alfarizy, Mahasiswa Politeknik Negeri Lampung, Selasa (31/03)

Menurutnya, pemerintah hanya memberikan imbauan saja tanpa ada penegasan secara langsung dalam menerapkan kebijakannya. Saat ini Lampung sudah ada satu orang yang meninggal akibat covid-19 , disusul dengan angka positif yang naik menjadi 8 orang per 30 Maret.  10 orang pasian dalam pengawasan (PDP) dan 800 0rang dalam pengawasan (ODP).

Alfarizy semakin khawatir Bandarlampung akan menjadi pusat pandemi jika pemerintah lamban dalam menangani virus ini.

Menurutnya, antara pemerintah provinsi dan jajaran pemerintah kabupaten kurang adanya korelasi sehingga penerapan sosial disatancing atau physical distance tidak dipatuhi oleh beberapa masyarakat yang masih berkeliaran, karena tidak adanya tindakan tegas dari pemerintah.

”Masih banyak banget orang yang keluyuran, belum lagi yang dari pulau Jawa pada mudik ke Sumatrera lewat jalur darat pasti Lampung dilewati. Yang saya tau protokol kesehatan di Bakauheni juga masih kurang. Dinkes harus buat gebrakan yang bener-bener bisa buat Lampung ini more safety dari sekarang,” ujarnya.

Senada dengan Alfarizy, Fahimah Andini mahasiswa Universitas Lampung juga menyayangkan tindakan Gubernur Lampung yang lamban dalam menangani wabah covid-19 .

“Gubernur Lampung kaya nggak kerja, kaya nggak nglakuin apa-apa. Social Physical Distance nggak ada, pembatasan mobilitas juga nggak ada, hanya sekadar imbauan untuk WFH dan sekolah di liburkan,”jelasnya.

Menurutnya, di Lampung tidak ada perbedaan antara adanya virus korona dengan hari-hari biasa.

Founder Youth With Sanitation Concern Bandarlampung Khorik Istiana juga menilai pergerakan pemerintah Provinsi Lampung masih kurang efektif dan belum menyentuh secara menyeluruh dari berbagai latar belakang.

Ia merasa Lampung tidak belajar dari Jabodetabek yang sudah terdampak lebih dulu. 

Menurutnya, pemerintah hanya sekadar memberi imbauan yang tidak terlaksana.

“Kalau kita keluar ke pasar atau ngliat pedagang kaki lima atau tukang becak, mereka tau ada corona dan bahaya tapi mereka biasa aja keluar nggak pake masker. Lewat pedagang juga sebenarnya penularan lebih mungkin lewat uang, kan kita nggak tau asal muasal uang dari mana aja. Tapi kalau nggak dagang ya mikir besok makan apa,” ujarnya.