Ketua Klasis Yalimo: Kenangan Kami di Maybrat Akan Terpatri Kokoh Bagaikan Gunung Jayawijaya

MAYBRAT - Setelah berjalan kurang lebih sepekan, Rapat Kerja (Raker) Empat Am Sinode GKI Tanah Papua akhinya ditutup secara resmi. Acara penutupan dihadiri sejumlah pejabat se-Sorong Raya itu berlangsung di lapangan LA Ayamaru, Kabupaten Maybrat, Papua Barat, Jumat (19/03) kemarin.
"Ada Pertemuan ada pula perpisahan"
Sepenggal kalimat itu rupanya meninggalkan berjuta kesan yang mendalam bagi ratusan peserta dari seluruh klasis GKI di Tanah Papua selama berada bersama pemerintah dan warga jemaat di kabupaten Maybrat
Wa Wa Wa...Begitulah salam pembuka menurut orang Pegunungan Papua yang diucapkan Ketua Klasis Yalimo, Abraham Ungirwalu, sebelum membawakan pesan dan kesan serta menyampaikan kenangan yang dirasakan peserta selama sepekan bersama warga Maybrat.
"Sejak kami tiba di kota sorong dan dalam acara pembukaan, Bapak Ketua Panitia Bernad Sagrim dan seluruh komposisi panitia serta dukungan penuh pemerintah daerah, seluruh anggota jemaat, dengan hadirnya hampir komplet para petinggi orang Maybrat, itu menunjukkan bahwa andai kata kami peserta ini memiliki seribu lidah sekalipun kami tak mampu untuk berbicara tentang kasih setia Tuhan yang dinyatakan kepada panitia bahkan keluarga besar Maybrat. Mereka telah menjadi perpanjangan tangan dari cara Allah yang sempurna dan doa dari pendeta Ruben Rumbiak, kini menjadi sebuah kenyataan yang jitu dan menjadi kenangan yang tak terlupakan" kata Abraham yang disambut tepuk tangan meriah hadirin.
Pelayan Tuhan sekaligus Dosen Teologia ini pun menyampaikan apresiasi dan penghargaan yang setinggi tingginya kepada semua jajaran TNI Polri, Sopir Sopir angkot, termasuk paduan suara dan seluruh warga masyarakat Maybrat yang terlibat dalam memberikan nuansa luar biasa dan primadona selama berlangsungnya pesta iman tersebut.
"Kami sudah hampir kurang lebih lima hari disini, tapi kami harus berkata dengan jujur bahwa rasanya terlalu jahat untuk merestui perpisahan ini" ujarnya terbata-bata dengan wajah penuh keharuan sembari berkata, berada di Maybrat rasanya masuk Surga "Syair Frengki Syahilatua sungguh sungguh terjadi di tempat ini, Surga kecil yang sedang jatuh ke Bumi, dan kami alami di tempat ini"beber Angirwalu.
Dirinya berpesan, berapa pun harga yang dibayar mahal demi menyukseskan raker tersebut merupakan harga dari sebuah iman sebagai persembahan tubuh yang sempurna bagi kemuliaan nama Tuhan.
"Ijinkan kami hari ini akan pulang, tapi pengalaman dan kenangan yang telah kami lalui selama ini, akan selalu abadi. Dengan digantungnya tali gendong ini, saya teringat pada kata kata amsal, kalungkanlah itu pada lehermu dengan sederinya kenangan kami selama ini, telah jadi bagian di hati dan sanubari kami" ujarnya.
"Kenangan ini akan selalu terpatri abadi sebagaimana terpatri dan kokohnya Gunung Jayawijaya, tak pernah tergeser oleh apapun. Jangan iringi kepergian kami dengan air mata, iringilah kami dalam doa," tutup Abraham.