GMBI Aceh Pertanyakan Pemecatan Dirut RSUDZA

BANDA ACEH –Gerakan Masyarakat Bawah Indonesia (GMBI) Provinsi Aceh mempertanyakan pencopotan Dr. dr. Azharuddin, SP OT K-Spine FICS sebagai Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Zainal Abidin (RSUDZA) Banda Aceh.
"Apa alasan Pak Gubernur Aceh Nova Iriansyah mencopot dr Azharuddin dari jabatannya?. Apa karena dirut di RS tersebut tidak mau menandatangani surat serah terima alat kesehatan yang diduga tidak sesuai dengan kebutuhan di RSUDZA," ujar Ketua GMBI Aceh, Zulfikar, Selasa (05/01).
Zulfikar mengatakan, dari informasi yang dia terima, banyak kejanggalan dalam surat serah terima alat-alat kesehatan untuk RS Zainal Abidin, “Makanya Dirut tidak mau menandatanganinya. Namun, untuk kebenaran informasi tersebut kami akan segera menemui Pak Nova," sebut Zulfikar
Dia menjelaskan, dari informasi yang sudah beredar ada item yang mubazir, seperti 2 unit Container PCR dengan harga 32 miliar, setiap container ada 2 unit PCR, harganya 2 miliar satu PCR, 4 unit mesin PCR tersebut harganya sudah Rp8 miliar.
“Sedangkan yang dibutuhkan di RSUZA hanyalah mesin PCR tanpa kontainer, kenapa pemerintah memaksakan kehendaknya untuk beli container dengan harga Rp24 miliar. Kapolda dan Kajati jangan tutup mata terhadap dugaan korupsi berjamaah ini,” cetus Zulfikar, kesal.
Bahkan, lanjut Zulfikar, ada informasi Kadis Koperasi dan UMKM Dr Wildan dicopot tanpa alasan yang jelas, “Ini menjadi PR besar bagi kita semua untuk mengusutnya,” tutur Zulfikar
Azharuddin saat di konfirmasi membenarkan terkait pencopotan terhadap dirinya sebagai Direktur RSUDZA Banda Aceh oleh Gubernur Aceh, Nova Iriansyah.
“Iya benar,” kata Azharuddin singkat.
Namun, dirinya belum mengetahui perihal kenapa dirinya diganti sebagai Direktur RZUDZA, dia juga tidak mengetahui siapa pengganti Direktur RSUDZA Banda Aceh selanjutnya.