Gerakan Rakyat Bersatu Melawan Korona Ultimatum Pemerintah Aceh

BANDA ACEH - Menyikapi kondisi terkini khususnya di Aceh perihal pelaksanaan Salat Jumat, dimana masih berjalan seperti biasanya dan banyak Masjid yang malah tidak memperpendek durasi khotbah.
Elemen masyarakat menggagas dibangunnya Gerakan Rakyat Bersatu Melawan Korona. Hal itu didasari pada kesimpulan bahwa intruksi pemerintah perihal physical distance tidak berjalan efektif di Aceh.
“Kondisi ini sangat berbahaya dan memperihatinkan. Dimana model kebijakan physical distance yang dijalankan sekarang hanya memperburuk kondisi ekonomi tetapi tidak bisa memotong jalur penyebaran covid-19,” ungkap Yazir, salah seorang penggagas Gerakan Rakyat Bersatu Melawan Korona, Jumat (27/03) siang.
Menurut Yazir, penanganan wabah penyakit akan berjalan efektif bila dilakukan beberapa langkah tambahan dari yang sudah diberlakukan sekarang.
“Memeriksa seluruh masyarakat (rapid test) apakah terinfeksi covid-19 atau tidak. Berdasarkan pengalaman di dunia kita hanya perlu melakukan pemeriksaan terhadap 0,1 persen warga atau tidak sampai 100 ribu orang di seluruh Aceh,” kata dia.
Lalu, lanjut Yazir, melakukan isolasi di rumah sakit khusus bagi yang positif terinfeksi. Dimana disini kita akan meminta Wali Nanggroe agar mau meminjamkan gedungnya sementara untuk penanganan wabah.
“Membatasi keluar masuk wilayah. Atau memberlakukan biaya pemeriksaan rapid test bagi yang keluar masuk wilayah Aceh,” imbuhya.
Yazir beranggapan bahwa bila yang terinfeksi covid-19 seluruhnya sudah diisolasi dan keluar masuk wilayah dibatasi tentu pemberlakuan physical distance bisa dicabut. Kegiatan pemerintahan, sosial ekonomi kembali normal serta masyarakat Aceh bisa beribadah Salat Jumat seperti biasanya serta taraweh berjemaah yang tinggal beberapa saat lagi.
Yazir meminta Pemerintah Aceh segera melakukan realokasi anggaran minimal Rp30 Miliar, yang dipakai untuk pengadaan alat rapid tes, APD tenaga medis dan lainnya.
Masih menurut Yazir, berdasarkan info yang dikumpulkan, alat rapid tes hanya bernilai maksimal Rp150 ribu dan APD sekali pakai dari kaki sampai kepala hanya Rp500 ribu.
“Harga yang sangat murah yang harus ditukar dengan nyawa dan hancurnya kehidupan beragama serta ekonomi masyarakat. Bila dalam waktu dua hari ini Pemerintah Aceh belum melakukan langkah kongkrit seperti dimaksud maka Gerakan Rakyat Bersatu Melawan Korona akan bergerak mengkonsolidasi seluruh geuchik mengalokasikan dana desa Rp5 juta per gampong, atau gerakan rakyat menyumbang sebungkus nasi atau Rp10 ribu rupiah per orang dewasa,” kata dia.