Dosen FEB Unsyiah Ajak DPRA Sisihkan Dana Pokir

Dosen FEB Unsyiah Ajak DPRA Sisihkan Dana Pokir
Dosen Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB) Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Rustam Effendi

BANDA ACEH- Dosen Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB) Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Rustam Effendi mengajak anggota Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) menyisihkan sebagian dana pokir (pokok-pokok pikiran) yang dimiliki dalam APBA 2020 untuk menambah jumlah anggaran pencegahan atau penanganan wabah covid-19 di seluruh wilayah Aceh.

“Jika ada dialokasikan (dana pokir) pada APBA tolong disisihkan untuk penanganan covid-19,” kata Rustam, Jumat (03/04).

Dia juga meminta Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah dan jajarannya, untuk segera menyalurkan dana kompensasi tersebut, khususnya bagi anggota masyarakat dan para pelaku usaha kecil-mikro yang terimbas dampak covid-19, termasuk akibat pemberlakuan jam malam.

“Kami membaca maklumat, bahwa Ketua DPR Aceh, Dahlan Jamaluddin sudah menandatangani kesepakatan bersama Forkopimda tentang pemberlakuan jam malam. Ini artinya, saudara-saudara selaku anggota DPR Aceh sudah terwakili dengan sikap Ketua DPR Aceh itu,” kata dia.

Perbedaan sikap dan pendapat yang ditunjukkan tentang hasil kesepakatan tersebut di beberapa media justru menimbulkan kebingungan di kalangan masyarakat.

“Sebaiknya, seluruh anggota DPR Aceh tidak berbeda sikap dan pendapat dengan Ketua DPR Aceh mengenai pemberlakuan jam malam tersebut agar warga masyarakat tidak semakin resah. Jika pun ada perbedaan itu seharusnya sudah dibahas secara intens sebelum maklumat itu ditanda tangani. Dan, andaipun ada masukan, hendaknya dilakukan pada relaksasi pemberlakuannya yang lebih humanis dan diikuti dengan pengawasan yang ketat,” imbuhnya.

Dia meyakini, seandainya pemberian dana kompensasi tersebut sudah tersalur sesuai harapan, dipastikan respon negatif terhadap kesepakatan ini tidak akan berkembang, melebar, dan dijadikan dalih atau kambing hitam, kecuali hanya bagi pihak-pihak tertentu yang cenderung mengabaikan kepentingan keselamatan masyarakat Aceh, yakni membiarkan terancamnya nyawa masyarakat akibat kian merebaknya wabah covid-19 yang amat berbahaya tersebut.

“Marilah saatnya kita bersama-sama menyatukan pikiran, sikap, dan langkah konkrit dalam memerangi wabah virus korona yang sangat mematikan ini. Ingatlah, tidak semua perbedaan itu membawa kebaikan, justru bisa juga menuju pada kemudharatan,” ajak Rustam.