Diskusi Kangen Kangenan Untuk Lampung

BANDAR LAMPUNG-Wahyu Sasongko Dosen Fakultas Hukum UNILA yang sangat dikenal di kalangan aktivis Lampung baru saja meraih gelar Profesor.
Konsentrasi profesornya terkait Intelectual Property Right (IPR), kemudian bersama sebuah komunitas teman lamanya mengadakan acara syukuran dan temu kangen. Pertemuan ini dilakukan sabtu (5/9) di kediaman Asrian Hendicahya seputaran Way Huwi Jati Agung Lamsel.
Dalam pertemuan yg berlangsung santai dan akrab terlihat kolega dan sahabatnya Prof. Wahyu Sasongko diantaranya Dedy Mawardy, Hery Wardoyo, Watoni, Budiman Santoso, Oyos Saroso, Nur Laila, Ginta Wirasanjaya, Prof. Sunarto, Jauhari Zailani, Isbedy Setiawan, Ferdi Gusan, serta beberapa lainnya. Sementara konsumsi acara minuman kopi di sediakan oleh Kopi Waw.
Asrian Hendicahya sebagai tuan rumah mengatakan acara ini sebagai penghargaan atas profil sosok serta apa yang telah dilakukan oleh Prof Wahyu Sasongko.
Sementara Hery Wardoyo mewakili kolega Wahyu Sasongko berujar bahwa Wahyu Sasongko adalah dosen saya waktu kuliah, beliau sangat konsern pada issue issue yang ada di kawan kawan aktifis. Terkait soal hak kekayaan intelektual bangsa kita sangat tertinggal jauh.
Wahyu Sasongko menjelaskan perjalanan hidupnya bahwa dia pernah jadi seorang pengacara sejak dari kuliah membela orang orang tersingkirkan. "Meski secara teori saya kuat menjalani, namun saya tidak kuat secara teknis yang tidak benar terjadi" tuturnya.
"Setelahnya saya juga pernah menjadi Notaris namun lagi lagi jiwa saya tidak disana. Akhirnya saya menjadi dosen muda di Unila sejak tahun 1984 meski bergaji hanya 60 ribu Rupiah pada saat itu, tapi jiwa saya menikmati kondisi yang terjadi" cerita wahyu
Wahyu Sasongko mencoba memantik diskusi dengan meluncurkan 3 issu terkini yang ada Masalah vaksin, kemiskinan dan penarikan investasi guna mendorong ekonomi.
Selain ngobrol terkait romantisme serta kenangan diantara mereka, forum diskusi yang terjadi membuncah sebuah usulan bagaimana semua peserta yang ada bisa menjadikan ini sebuah diskusi rutin dan memberikan kontribusi konten bagi para pemangku kepentingan di Lampung sehingga bisa dapat mendorong gerak maju keadaan rakyat lampung.
Pada akhir acara, tokoh Sastra Lampung Isbedy Setiawan membacakan Sebuah Puisi karyanya yang dibuat guna menghormati forum diskusi ini berjudul “kangen kangen” berikut puisi dari legenda hidup sastra Lampung ini.
Kangen kangen
mari kangen kangen
bertemu lantaran rindu
di luar pikuk politik
dan cuap para politisi
jauhkan kaleng kalengan
agar bahagia pertemuan
di bawah langit rembulan
atau cuaca temaram
maupun rinai hujan
kita bercakap apa adanya
seadaadanya, tanpa dinding
dan ruang bisa merekam
sebab kita bukan politisi
bicara tahta dan mahkota
antara dukungan di pilkada
buat lingkaran
nikmati panganan
sekadar teman
dalam percakapan
bukan persiapan
mencari menang
sudutkan lawan
ke paling kelam
apakah kita kangen?
siapkan kerinduan
seorang musafir
atau pun si fakir
yang haus pelukan
dan percakapan paling dalam
bukan kerinduan
para perindu jabatan
atau pemburu kesempatan
di jalan politik
hari ini kubilang
bersamamu berjuang
esok aku membangkang
karena ada yang lebih gemilang
ayo, kangen kangenan
bercakap di bawah langit malam
tanpa kubilang aku di sudut ini
dan kau dalam jejak lainnya
sebab kita bukan kaleng kalengan
hari ini bunyinya genderang
esok terdengar amat sumbang