BPN-PT HIM Dituding Berkomplot Kuasai Tanah Adat

BANDARLAMPUNG – PT Huma Indah Mekar (HIM) dituding berkomplot dengan oknum pejabat Badan Pertanahan Nasional (BPN) RI untuk menguasai tanah adat lima keturunan Bandardewa dalam kurun waktu 40-an tahun belakangan ini.

Tudingan itu disampaikan penerima kuasa ahli waris lima keturunan Bandardewa, Achmad Sobrie. Dia mengaku memiliki bukti-bukti kuat soal persengkokolan itu.

Menurut Sobrie, pada 2008 lalu pernah direncanakan pengukuran ulang lahan tanah PT HIM oleh BPN tapi tidak terlaksana.

Lalu pada 2009 kembali adanya rencana pengukuran lahan. Lagi-lagi tidak terlaksana dengan alasan dana yang akan digunakan kurang.

“Kuat dugaan PT HIM bekerja sama dengan pihak oknum BPN dalam hal ini,” kata Sobrie, Jumat (10/09).

Selain itu, beberapa rekomendasi instansi pemerintah/Lembaga Negara antara lain Komisi II DPR, Komnas HAM kepada Presiden, tim terpadu Pemprov Lampung tidak juga ditindaklanjuti BPN, Bupati Tulangbawang Barat dan PT HIM.

"Komisi II DPR RI telah merekomendasikan agar HGU PT HIM diukur ulang di lapangan dengan dana yang telah diprogramkan dalam APBD Tulangbawang TA 2008 sebesar Rp268 juta lebih dan diprogramkan kembali dalam TA 2009 namun tidak dilaksanakan oleh oknum-oknum BPN atas konspirasi dengan PT HIM, diduga arealnya melebihi 11.000 Ha, padahal HGU cuma izinkan 4.500 Ha," rinci Sobrie.

Bahkan, tambah Sobrie, HGU No. 16/HGU/1989 tanggal 30 November 1983 yang proses penerbitannya dilakukan secara sewenang-wenang, tanpa ganti rugi kepada ahli waris lima keturunan yang sedang dalam proses mediasi Komnas HAM, telah diperpanjang kembali secara rahasia (tanpa memperhatikan kesepakatan hasil rapat tanggal 23 April 2013 di Kantor Bupati Tulangbawang Barat), dengan terbitnya Keputusan Kepala BPN RI tanggal 14 Mei 2013 No. 35/HGU/BPN RI/2013 dengan masa berlaku sampai 31 Desember 2044.

"Somasi telah dilakukan secara resmi pada PT HIM sebelum HGU Nomor 16 tahun 1989 diterbitkan, dengan surat tanggal 14 Februari 1983 No.01/PL/II/1983, namun tidak direspons sebagaimana mestinya," beber dia.

Lebih lanjut dia menjelaskan, sikap dan tanggapan yang resmi dari kanwil BPN Provinsi Lampung tentunya harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang relevan dengan kasus ini akan dijadikan bahan masukan bagi 5 Keturunan Bandardewa untuk disampaikan kepada Menteri ATR/BPN RI.

"Harusnya agar mendapatkan informasi yang utuh pihak Kanwil BPN sebelum menanggapi masalah ini, terlebih dahulu meminta penjelasan dari lima keturunan Bandardewa, bukan justeru menghindar atau tidak bersedia untuk ditemui," ungkapnya.

Demikian pula halnya, pihak PT HIM seharusnya diminta tanggungjawabnya atas klausus yang telah dituangkan dalam HGU. No 16/1989, apa bila tidak ditunaikan kewajibannya maka HGU tersebut dengan sendirinya batal demi hukum.

"Hal itu sesuai dengan bunyi dkctum kedelapan SK No 16/HGU/1989, tentang pemberian HGU an PT HIM yang dikeluarkan kepala BPN tanggal 30 November 1989," tandas Sobrie.

Diberitakan sebelumnya, sejak 1983 sampai sekarang keluarga besar lima keturunan Bandardewa terus berjuang demi mengembalikan seluruh kepemilikan tanah seluas 1.470 Ha di Pal 133-139 Omboelan Bawang Berak kepada keluarga lima keturunan Bandardewa sesuai dengan Soerat Keterangan Hak Kekoeasaan Tanah Hoekoem Adat Nomor : 79/ Kampoeng/ 1922 yang di daftarkan ke Pesirah Marga Tegamoan dan diperkuat dengan Penetapan Pengadilan Agama Kota Metro Nomor: 0163/ Pdt. P/ 2020 PA. Mt Tanggal 04 Januari 2021 hingga Nomor: 002/ Pdt. P/ 2021/ PA. Mt Tanggal 05 Februari 2021.

Sidang atas permasalahan ini telah berlangsung pada Rabu, 8 September 2021 di Pengadilan Tinggi Usaha Negara (PTUN) Kota Bandarlampung.

Adapun agenda sidang pertama yang berlangsung diruang sidang utama Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Bandarlampung adalah perbaikan gugatan. Dengan tergugat pertama yaitu Kepala Kantor Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia (ATR/BPN RI), sedangkan tergugat kedua Kepala kantor Pertanahan Kabupaten Tulangbawang Barat.