Baru Seumur Jagung, Jembatan Penghubung Kampung Mahabang Rusak Parah

TULANGBAWANG - Jembatan penghubung di Kampung Mahabang, Kecamatan Denteteladas, Kabupaten Tulangbawang, Provinsi Lampung, yang baru beberapa bulan selesai dibangun kini kondisinya rusak berat.
Jembatan penghubung antara Kampung Mahabang dengan Sungainibung tersebut dibangun menggunakan dana desa (DD) 2019 dengan anggaran Rp92.667.400 disinyalir kualitasnya tidak sesuai harapan masyarakat.
Kerusakan itu juga hampir merenggut nyawa pengendara motor yang mengalami kecelakaan dilokasi jembatan rusak tersebut pada Selasa (24/3) sekira pukul 20.00 Wib.
Pantauan di lokasi pada Rabu (25/3), tampak para pekerja sedang merehab jembatan tersebut atas perintah Kepala Kampung (Kakam) Mahabang, Edi Marjoko.
Dari pantauan monologis.id, proyek jembatan tersebut diduga tidak sesuai RAB. Semua rangkaian besi untuk lantai jembatan menggunakan besi ukuran 6 inci dan ketebalan lantai hanya 10 centimeter, tidak sesuai standar jalan poros yang telah menggunakan aspal jenis lapen sebagai penghubung dua kampung.
Kakam Mahabang Kampung Edi Marjoko saat dikonfirmasi membenarkan jembatan tersebut dibangun pada 2019 lalu dengan anggaran biaya kisaran Rp54 juta, sementara di APBkam tertulis Rp92.667.400.
Menurutnya, kerusakan jembatan tersebut karena dilewati tronton kelas 1 yang bermuatan alat berat Exsavator yang kapasitasnya mencapai 40 ton dan adukan semen menggunakan air asin.
“Namun saya telah koordinasi kepada pihak mobil tersebut bersedia untuk menyumbang berupa semen atau lainnya dalam membantu kerusakan tersebut,” tutur Edi, tapi dia enggan memberi tahui siapa pemilik kendaraan tronton tersebut.
Edi sebagai pelaksana siap bertanggung jawab untuk memperbaiki kerusakan jembatan tersebut, dengan menggunakan dana pribadi.
“Dan saya sebagai Kepala Kampung Mahabang tidak akan bergeser dari Kampung Mahabang dan siap menghadapi permasalahan ini karena saya siap bertanggung jawab,” tegas Edi.
Terpisah, tokoh masyarakat Kampung Mahabang, Buchori menanggapi, mengingat jalan tersebut adalah jalan poros seharusnya pihak kampung memperioritaskan kualitas bangunan mengingat anggaran yang digunakan cukup besar dan sudah mengetahui jalan tersebut selalu dilewati mobil yang muatannya melebihi kapasitas sehingga dapat bertahan lama, tidak seperti yang terjadi saat ini.
“Saya sangat terkejut ketika melintas dan melihat mutu bangunan, wajar jembatan tersebut cepat hancur karena rangkaian besi seperti kasur spring bed. Kalau katanya rusak karena dillewati tronton, saya tanya warga sekitar jembatan, tidak pernah ada itu (tronton) lewat dijembatan itu,” tutur Buchori.
Dia menegaskan, ini sudah fakta jelas bahwa satu titik ini bisa mewakili dari keseluruhan (proyek dana desa) yang ada. Dia juga meminta pertanggungjawaban kepala kampung.
“Kita pertanyakan kualitas bangunan-bangunan lainnya, seperti di pinggiran-pinggiran yang menggunakan anggaran lebih besar dan kami berharap kepada pihak berwenang agar dapat mengecek maupun mengevaluasi agar ditinjau kembali pada program yang sebelumnya, apabila ini tidak menjadi perhatian pihak pemangku kepentingan apalagi program DD untuk kedepannya masih panjang akan lebih parah dari yang terjadi saat ini,” tegas Buchori.