Antara Rifa Handayani, Airlangga Hartarto dan Aburizal Bakrie

BANDARLAMPUNG - Bungkamnya Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto terkait laporan Rifa Handayani justru ditanggapi oleh Aburizal Bakrie (ARB). Meski tak menyebut secara eksplisit, ARB dalam pidato politiknya siap pasang badan untuk Airlangga.
"Elektabilitas capres Airlangga sedang naik, kalau ini diributkan lagi dengan isu internal yang dihembuskan secara sembunyi-sembunyi dan terang-terangan. Kalau itu terjadi, orang itu akan berhadapan dengan saya," tegas ARB saat memberikan sambutan dalam Rakerda DPD Partai Golkar Lampung, Sabtu (12/2/2022) lalu.
Diksi isu internal yang dipakai ARB itu, tentu publik memahaminya dan mengkaitkan dengan pelaporan ancaman pembunuhan Rifa Handayani. Rifa diancam dibunuh oleh istri Airlangga lantaran tuduhan perselingkuhan. Dan itu diakui Rifa di sejumlah podcast YouTube.
Strategi Airlangga yang menggunakan mulut orang lain untuk meredam kasus ini tentu sudah diperhitungkan matang. ARB yang asli orang Kalianda, dinilai masih punya taji di Lampung. Capres dari Golkar Airlangga, tentu tak ingin isu Rifa menggerus elektabilitas dirinya. Pilihan tak menanggapi alias bungkam ini merupakan bagian dari strateginya.
Lantas mengapa ARB mengklaim elektabilitas capres Airlangga naik? Padahal hasil sejumlah lembaga survei ternama menunjukkan elektabilitas Airlangga jalan di tempat. Dia tak mampu menembus 5 persen. Jauh tertinggal dari Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto dan Anies Baswedan.
Tentu ARB punya kalkulasi politik dan bargaining khusus dengan Airlangga. Belajar dari Pilpres 2014, ARB gigit jari tak bisa nyapres dan nyawapres. Padahal suara partainya masuk dua besar. Itu terjadi karena hasil survei dirinya jeblok. Hal yang sama sepertinya bakal menimpa Airlangga. Wallahu alam bisawab.