Terinspirasi Gojek dan Grab, Di Afrika Ada Gozem

Terinspirasi Gojek dan Grab, Di Afrika Ada Gozem
Salah Satu Layanan Gozem di Togo Afrika (Foto: CNN)

Bandar Lampung – Setelah Asia Sukses dengan Aplikasi start up yang memungkinkan penggunanya dapat memesan penerbangan, memesan hotel, bermain game, dan lainnya, semuanya dalam satu platform. Akhirnya di Afrika mencoba mengikuti kesuksesan Asia dengan meluncurkan start up aplikasi bernama Gozem. Seperti dilansir dari cnn.com Minggu (25/7).

Para start up aplikasi yang sukses di Asia tersebut belum terlihat akan merambah ke Afrika, akhirnya Gozem mencoba mengikuti start up sejenis Grab dan Gojek. Gozem sendiri telah diluncurkan pertama kali di Togo pada tahun 2018. Gozem awalnya hanya melayani panggilan untuk Sepeda Motor, dan sekarang mereka meluaskan layanannya pada pengiriman makanan, pembayaran, dompet digital dan melebarkan sayap ke Negara benin juga Gabon di Afrika barat.

Berbasis kantor di Singapura, startup ini didirikan oleh seorang Nigeria dan dua pengusaha Swiss yang melihat pasar yang belum dimanfaatkan di Afrika Barat. Gozem mengatakan aplikasinya telah diunduh 800.000 kali dan sebagai layanan ride-hailing, mereka telah menyelesaikan empat juta perjalanan dengan 2.500 pengemudinya.

 

"Apa yang kita lakukan sehari hari.? bepergian, menggunakan transportasi, makan setiap hari, pembayaran. Semua kita jadikan satu dalam satu platform Aplikasi” kata Raphael Dana, salah satu pendiri Gozem.

Gozem ternyata bukan satu-satunya perusahaan dengan ambisi membangun aplikasi sejenis di  Afrika.  Ada aplikasi Gokada di Nigeria, yang juga dimulai sebagai layanan tumpangan, melakukan layanan serupa. Serta ada perusahaan komunikasi Afrika Selatan Vodacom (VDMCY), yang bermitra dengan Alipay China.

 

Perbedaan Gozem aplikasi ini fokus pada Negara Negara Afrika yang berbahasa Prancis.  Raphael Dana mengatakan bahwa pengembangan aplikasi ini hanya di pasar negara berkembang yang ada di Afrika karena persaingan untuk setiap layanan lebih sedikit disbanding lainnya.

 

"Di pasar Negara maju semacam Eropa dan AS kami tidak bisa berbuat banyak karena terlalu banyak pemain dalam bisnis ini.  pasar kami adalah bahasa Prancis di Benua Afrika yang belum dimanfaatkan, sehingga kami dapat lakukan pengembangan teknologi yang kuat, membangun data, dan memecahkan masalah nyata." Ujar Raphael.

 Raphael mengatakan bahwa Gozem sangat terinspirasi oleh keberhasilan dua aplikasi di asia, yaitu platform Grab Singapura dan Gojek di Indonesia.

"Kami sangat percaya bahwa Asia Tenggara adalah panutan terbaik dalam bidang start up ini, terlebih ketika kami membangunnya di Afrika, ada banyak kesamaan masalah yang kami hadapi" lanjut Raphael

 

Namun menurut Anindya Ghose seorang Profesor bisnis dari NYU ada beberapa persoalan yang dihadapi para start up di Afrika. kurangnya akses ke internet berkecepatan tinggi dapat menjadi penghalang Monetisasi dari pengguna platform aplikasi para start up di Afrika.  Tetapi Ghose mengatakan dia melihat sebuah peluang, meskipun harus dilihat siapa yang akan bisa memanfaatkannya.

Kondisi ini tidak mengurangi minat Gozem dalam pengembangan bisnis mereka. Sebab Gozem sendiri menghasilkan uang melalui komisi dari pembiayaan kendaraan, perjalanan dan pengiriman, serta biaya transaksi untuk pembayaran. Pihak Gozem Sendiri berencana pada akhir tahun ini akan membuka layanan di kamerun. Kemudian empat Negara lainnya pada tahun 2022 yaitu mali, Burkina Faso, Senegal dan Pantai Gading.

Sebelumnya ada start up di Afrika bernama CanGo akhirnya tutup pada tahun 2020 akibat kekurangan dana.