Sistem Kesehatan Nasional

Oleh: Erizeli Jely Bandaro*
DENGAN adanya wabah Pandemi Covid 19, secara vulgar kita tahu bahwa sistem kesehatan nasional kita sangat rapuh. Padahal itu bagian dari sistem ketahanan nasional. Bayangkan, menurut data Kementerian Kesehatan, dengan penduduk lebih dari 260 juta orang, Indonesia hanya memiliki 321.544 tempat tidur di rumah sakit. Ini artinya hanya tersedia 12 tempat tidur bagi 10.000 orang. Sedangkan menurut data Badan Kesehatan Dunia, WHO, Korea Selatan memiliki rasio 115 tempat tidur di rumah sakit bagi tiap 10.000 orang.
Pada tahun 2017, WHO mengungkapkan bahwa Indonesia hanya memiliki empat dokter untuk 10.000 orang. Italia memiliki jumlah dokter 10 kali lebih banyak berdasarkan per kapita, sedangkan Korea Selatan punya dokter enam kali lebih banyak. Di ASEAN kita paling buruk sistem pelayanan kesehatannya. Yang lucunya ditengah sistem seperti itu, kita menerapkan SJSN, dengan dibentuknya BPJS kesehatan. Makanya jangan kaget bila pelayanan kesehatan di RS sangat rendah. Fasilitas dan paramedis serta dokter sangat kurang rasionya.
Belum lagi gaji dan tunjangan dokter di Indonesia sangat jauh sekali dibandingkan dengan negara ASEAN. Gaji dokter di Indonesia berkisar 10-12 juta sebulan. Namun 83% mereka mendapatka gaji di bawah itu. Bandingkan dengan Malaysia, gaji dokter USD 2660 per bulan atau sekitar Rp. 40 juta sebulan. Jangan bandingkan dengan Singapore tentu akan jauh sekali, apalagi bandingkan dengan Korea dan AS.
Lantas dengan penghargaan kepada dokter yang rendah, jumlah dokter yang kurang, fasilitas kesehatan yang tidak memadai, kita tidak bisa berharap banyak kepada sistem kesehatan nasional kita. Dalam kondisi normal saja kita kewalahan, apalagi dalam situasi pandemi. Keadaan ini sudah berlangsung sejak Era pak Harto, dan di era Jokowi barulah sistem kesehatan dibenahi dengan kewajiban 5% dari APBN untuk sektor kesehatan. Di era Jokowi anggaran kesehatan meningkat 5 kali lipat dibandingkan era SBY.
Tetapi walau begitu besar alokasi anggaran di APBN untuk sistem kesehatan, tetap belum bisa memperbaiki sistem kesehatan nasional. Mengapa ? ketimpangan antara fasilitas, sdm, dengan jumlah penduduk sangat besar sekali. Entah sampai kapan kita bisa punya sistem kesehatan yang sesuai standar WHO? Apalagi di tengah defisit anggaran yang semakin melebar akibat krisis ekonomi dan pendemi ini.
Setidaknya kita harus menerima kenyataan ini. Tolonglah para dokter yang digaji di bawah standar profesional itu, dengan resiko mati terkena Covid19. Setidaknya anda jangan sakit dulu. Patuhi saran social distancing. Tinggal di rumah saja sampai pandemi ini berlalu. Hindari keramaian. Karena tempat dan fasilitas RS pasti engga cukup. Tolong pemerintah perhatikan kesehatan dan keamanan para dokter dan paramedis. Jangan sampai setelah pandemi ini kita kehilangan banyak dokter sementara kita masih sangat kekurangan dokter. Bagikan APD cepat!!!!!
* Praktisi Financial Engineering