Jelang TAF 2023, Sekolah Seni Tubaba Gelar Workshop Komunikasi dan Publikasi Festival

TULANGBAWANG BARAT –
Menjelang digelarnya Tubaba Art Festival (TAF) 2023 pada 27-29 Juli 2023, Sekolah
Seni Tubaba menggelar Workshop bertajuk Komunikasi dan Publikasi Festival.
Workshop digelar 25 dan 26 Juli 2023 di dua lokasi berbeda.
Hari ini digelar di Wisma Asri Tiyuh (Desa) Tirtakencana dan besok digelar
di Kota Budaya Uluan Nughik.
Hadir sebagai narasumber, Eggi Yunaedi dari Panel Ahli
Indonesiana, Frans Sartono jurnalis senior Kompas, Taufik Darwis Sekolah Seni
Tubaba, Zulfandi JPJR Belitung Timur dan Dedi Priyono Ketua Persatuan Wartawan
Indonesia (PWI) Tulangbawang Barat.
Eggy Yunaedi mengungkapkan, festival adalah bagian dari
penyampaian pesan untuk membentuk masyarakat Tulangbawang Barat menjadi
masyarakat yang Nemen Nedes Nerimo (Nenemo).
Selain itu, festival umumnya berarti pesta besar atau acara
meriah yang diadakan dalam rangka memperingati sesuatu. Festival bisa juga diartikan
dengan hari atau pekan gembira dalam rangka peringatan peristiwa penting atau
bersejarah, atau pesta rakyat yang bersifat suatu acara yang bersenang senang
biasanya untuk menyambut sesuatu yang datang.
"Intinya festival adalah sarana untuk menyampaikan
komunikasi, membangun identitas, dan membangun serta menata yang ada,"
jelasnya.
Sementara, Zulfandi dari JPJR Belitung Timur menyampaikan, sebelum
menggelar festival terlebih dahulu harus ditentukan konsep agar festival
tersebut berjalan lancar.
"Yang pertama kita harus punya pembeda dengan daerah
lain supaya menarik," imbuhnya.
Menurutnya, Tulangbawang Barat mempunyai cagar budaya yang
menarik dan ini sangat erat dengan perdagangan dunia.
“Cagar budaya ini menjadi potensi yang menarik. Festival
harus mengangkat nama-nama misalnya sungai Way Kiri atau makanan khas Tulangbawang
Barat.
Selain itu, tidak kalah penting, pergelaran festival harus
mengangkat UMKM. “Jangan sampai tidak ada dampak kepada pelaku usaha UMKM yang
ada di Tulangbawang Barat,†ujar Zulfandi.
Jurnalis senior Kompas Frans Sartono mengungkapkan festival
harus diinformasi kepada khalayak ramai bisa melalui apa saja.
"Tulangbawang Barat ini ada apa-apanya. Bukan apa-apa,
karena saya saja baru datang tadi malam bisa melihat banyak potensi yang bisa
digali dari kabupaten ini," kata dia.
Frans menyatakan, identitas Tulangbawang Barat akan
kelihatan melalui festival. Dia meminta wartawan bisa menggali informasi dari
festival yang akan diadakan agar bisa diketahui publik.
Ketua PWI Tulangbawang Barat Dedi Priyono mendukung
eksistensi TAF.
"TAF yang
digagas oleh Sekolah Seni Tubaba ini yang sebenarnya diinginkan oleh pendahulu
kita. Bagaimana cara nya lebih memajukan Tulangbawang Barat. Saya berharap
semua OPD dan wartawan agar bisa berkolaborasi agar kegiatan tahun ini lebih
terpublikiasi,"pungkasnya
Direktur Sekolah Seni Tubaba Semi Ikra Anggara berharap dari
workshop ini para peserta bisa melakukan kerja kehumasan dengan baik.
Semi juga meminta jurnalis meningkatkan kapasitas dalam
penulisan kegiatan berbasis seni dan kebudayaan.
"TAF ke-7 secara resmi akan dibuka pada 27 Juli, dan
puncaknya pada 29 Juli. Nantinya, dalam TAF akan ada banyak kegiatan, mulai
dari lomba sepeda hias, kompetisi sketsa arsitektur, pameran keramik tanoh
nughik, pameran seni rupa mendaras, pameran seni rupa lesap oleh bachtiar
basri, pameran umkm dan talkshow, diskusi sejumlah e-book, schreening film,
tari, pertunjukan musik oleh jason ranti, dan lain-lain,†ujarnya.