Wartawan Diintimidasi Ratusan Preman Bersenjata Tajam

CIANJUR – Sejumlah jurnalis yang akan melakukan peliputan di lokasi yang dikuasai PT Maskapai Perkebunan Moelia (MPM) Desa Batulawang, Cipanas, Cianjur, Jawa Barat, mendapat hadangan dan intimidasi ratusan oknum preman, Selasa (01/09).

Belasan wartawan dari Jakarta dan Bekasi yang hendak meninjau lokasi mendapat sambutan tidak bersahabat, diteriaki bahkan diusir secara kasar.

Komunikasi yang coba dibangun oleh salah seorang wartawan dengan perwakilan preman bernama Jimmy menemui jalan buntu. Tidak ingin keselamatan jiwanya terancam, para wartawan memutuskan beranjak pergi meninggalkan lokasi.

Pantauan di lokasi nampak atap gapura gerbang dirusak dan akses jalan yang menuju desa ditutup pagar bersemen setinggi sekitar dua meter.

Para wartawan lalu menuju Polres Cianjur guna meminta tanggapan Kapolres, namun tidak ada di lokasi. Wartawan sempat diterima Kaur Binopsnal, Sunaryo, di depan ruangannya.

Dalam keterangan singkatnya Sunaryo mengatakan, belum tahu persis dengan keadaan yang terjadi di kawasan lahan dan urusan internal di sana.

"Itu masalah intern dia yang ada disana. Permasalahan yang rekan-rekan media sampaikan terkait peliputan di sana adalah penanganan internal di sana," jelas Sunaryo.

Saat ditanya ancaman parang dan senjata tajam oleh para preman kepada wartawan, dia dengan enteng mengatakan itu belum tentu untuk  mengancam.

"Itu kan belum tentu seperti itu. Kan di lahan pertanian membawa (parang) mungkin digunakan untuk bercocok tanam kita kan belum tau, ya," ucap Sunaryo lalu pamit meninggalkan para wartawan yang sedianya masih hendak bertanya lebih lanjut.

Sebelumnya, pada Kamis 27 Agustus 2020 lalu sekira 2.000 jiwa petani penggarap lahan di tiga desa yakni Desa Batulawang, Kecamatan Cipanas, Desa Sukanagalih Kecamatan Pacet, dan Desa Cibadak Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Cianjur Jawa Barat terusir dari lahan dan rumah mereka yang telah puluhan tahun mereka tempati.

Mereka mendapat intimidasi dari sekelompok preman dan sejumlah oknum aparat bersenjata dan dipaksa keluar dari lahan tersebut.

Berdasarkan pengakuan warga, bahwa oknum preman bersenjata tajam yang melakukan intimidasi diduga atas perintah PT MPM.