Usaha Kuliner Tersengat Korona

BANDARLAMPUNG-Kecemasan Rahmi Dwi Alyani, pemilik warung makan Ayam Penyet Semarang di Komplek Kampus Hijau Residen Kampung Baru, Kota Bandarlampung, Provinsi Lampung, akan penularan covid-19, membuatnya harus menutup usaha kulinernya untuk sementara waktu.
Sejak pemberitaan tentang covid-19 ini semakin meluas, Rahmi memilih untuk mengikuti gerakan sosial distancing dari pemerintah.
Menurutnya, ia sempat memberikan diskon untuk menarik pelanggan yang semakin berkurang, namun inisiatif tersebut tidak berlangsung lama karena pemberian diskon jika terlalu lama tentu akan merugikan dagangannya.
Ia juga mulai kewalahan dengan harga bahan pokok yang mulai melonjak di pasaran.
“Karena pemasukan semakin sedikit, terus takut juga mau belanja ke pasar jadi memutuskan untuk tutup dulu. Ya berani buka lagi kalau wabah covid-19 ini udah bener-bener reda,” ujarnya, Selasa (31/03).
Rahmi berharap pemerintah bisa memberikan solusi bagi para pedagang kecil yang terdampak covid-19 ini.
Rahmi bukan satu-satunya pedang makanan yang menutup warungnya akibat covid-19 ini.
Dinda Kianjung pemilik warung makan Dapur Chelsea, meski menjual makanannya secara online ia tetap merasa khawatir akan penyebaran virus ini, sehingga menutup warungnya untuk sementara waktu.
Sebelum menutup penjualan online, jumlah pembeli di warungnya sudah mengalami penurunan drastis menyebabkan omsetnya menurun hingga 60 persen.
“Dari mahasiswa libur itu udah langsung tutup karena sepi yang beli biasanya seharian itu rame. Walaupun online kan tetap aja yang ngambil orang dari mana-mana jadi udah mending tutup aja dulu. Takut juga kena dampaknya,” jelasnya.
Pemilik ayam geprek Bu Iis juga terpaksa menutup warung makannya sejak dua minggu yang lalu. Salah satu karyawannya sudah dirumahkan karena omsetnya menurun hingga 50 persen.
Berbeda dengan pemilik usaha kuliner Ayam Sambaladas dan Sosgul Indonesia, yang tetap menjalankan penjualannya secara online.
Meski begitu Erinda Putri pemilik kuliner yang memiliki cabang di berbagai daerah itu sudah mulai merasakan dampaknya sejak adanya pasien positif 1 di Lampung. Ia mengaku omsetnya menurun drastis sekitar 40%. Hal tersebut membuatnya harus merumahkan sekitar 70% karyawannya.
“Untuk saat ini kita menjual makanan yang bisa disimpan. Karyawan diwajibakn mencuci tanagan menggunakan sabun sesering mungkin dan sudah disediakan hand sanitizer juga,”ujarnya.