Renungan Ramadan: Korona Membuat Manusia Tak Berdaya

Oleh : Djamaluddin Husita
Hari ini, Jumat Tanggal 23 April 2020 M atau bertepatan dengan 1 Ramadan 1441 H. Artinya, seluruh muslim dunia dapat dipastikan memulai pelaksanaan salah satu ibadah wajib yaitu puasa pada bulan Ramadan.
Puasa tahun ini dirasakan berbeda oleh seluruh muslim dunia. Sebab, dunia sedang dilanda pademi global yaitu wabah virus COVID-19 yang mematikan.
Khusus bagi orang Aceh menyambut bulan puasa selalu ditandai dengan perasaan suka cita yang terakumulasi dalam kegiatan Meugang. Meugang adalah kebiasaan orang Aceh menyabut bulan puasa dengan makan masakan daging di setiap rumah.
Meskipun meugang di Aceh tetap berlangsung tapi tidak semeriah tahun-tahun sebelumnya. Hal ini terpantau dari lapak penjualan daging dimana animo masyarakat menurun drastis.
Perasaan berbeda juga karena harus menjalankan protokol tatacara menghindari COVID-19. Saat menjelang puasa masih banyak orang dalam karantina. Faktor social distancing dan himbauan tak boleh mudik.
Termasuk ada ketentuan tidak boleh berkumpul shalat tarawih pada malam-malam Ramadan di Mesjid. Hal ini, menjadi pukulan tersendiri bagi semua muslim apakah dia selama ini ta'at atau biasa-biasa saja dalam beribadah.
Semua itu terjadi karena ada makhluk Allah yang teramat sangat kecil tak bisa dilihat dengan mata telanjang, yang dikenal dengan nama Korona. Makhluk kecil ini membuat manusia resah dan dibuatnya tak berdaya.
Bukan hanya negara-negara miskin yang tak berdaya tetapi negara super power seperti Amerika Serikat dibuatnya tak mampu berbuat apa-apa.
Apalagi sampai saat ini para ahli di berbagai belahan dunia belum mampu menemukan obat menghentikan penyebaran virus COVID-19. Sehingga, setiap hari jumlah orang yang meninggal terus meningkat.
Sebagai orang yang beriman apa yang terjadi saat ini dengan wabah virus COVID-19, harus menjadi pembelajaran dan bahan renungan.
Kenapa tidak, hanya dengan makhluk halus tak seorangpun berkutik dan kuasa melawannya, baik dia raja, pemimpin, orang kaya, hebat, semua harus sembunyi di rumah-rumah mereka untuk menghindari virus ini.
Memgutip sebuah tulisan di media sosial tentang muhasabah, menyatakan bahwa manusia itu lemah, namun senantiasa congkak dan sombong, senantiasa membangkang, menolak aturan Allah, memperturutkan hawa nafsu, senantiasa membuat kerusakan, dan durhaka terhadap Allah.
Lihatlah betapa kerusakan telah merajalela di muka bumi, perbuatan liwath sudah menjadi biasa bahkan menjadi budaya, kecurangan dan penipuan menjadi perilaku, seks bebas, perdagangan manusia, pembantaian dan pembunuhan, penjajahan gaya baru, riba dan zina disistemkan, manusia merasa bangga jika bisa menjauhi tuhannya, di sisi lain kaum muslimin terus dibantai dan dan dibunuhi, para ulama dan pengemban dakwah terus dikriminalisasi dan dipersekusi.
Begitu rusaknya dunia saat ini hingga alampun marah, gunung Merapi siap meletus, asteroid siap menghantam, gempa bumi terjadi dimana-mana.
INTROPEKSI DIRI
Berbagai fenomena yang terjadi saat ini maka semestinya puasa tahun ini menjadi momen muhadabah diri, mengapa musibah terus terjadi seperti tak berkesudahan. Mungkinkah kedepan akan ada wabah yang lebih dahsyat dari virus korona?
Bagi orang-orang beriman apapun yang terjadi saat ini tak lebih dari sebuah cobaan. Sehingga cobaan ini semakin bertaqwa kepada Allah dan bukan sebaliknya.
Sehingga puasa tahun ini, tantangan bertambah. Bukan hanya menahan lapar dan dahaga, tetapi juga wabah virus korona.
Makanya, Ramadan tahun ini, haruslah menjadi titik tolak perubahan diri dan juga umat, untuk kembali ke jalan ilahi, dengan bertaubat dan kembali menerapkan hukum-hukum sang pencipta. Harus menjadi akhir dari kearogansian sistem buatan manusia yaitu kapitalisme yang rusak dan merusak.
Selain itu, Ramadan tahun ini, manusia harus kembali kepada fitrahnya sebagai khalifah dalam konteks mengatur keseimbangan alam. Sehingga alam dengan isinya tak merubah diri menjadi makhluk yang ganas dan menghancurkan seperti yang kita rasakan saat ini. Wallahu Ta'ala Ta'lam. 23/4/2020 M atau 1 Ramadan, 1441