Pembangunan Flyover Sultan Agung Bandarlampung Mematikan Omset Pedagang Kecil

BANDARLAMPUNG - Pembangunan Flyover Sultan Agung, Bandarlampung, Lampung, terus dikebut pengerjaannya. Pantauan monologis.id pada Rabu (17/06) siang, kontraktor sudah menurunkan alat berat dan mulai memasuki pemasangan balok beton.
Dilansir dari lampost.co, Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Bandarlampung mengatakan, tidak ada kompensasi bagi pedagang sekitar.
Afdal pemilik toko kerajinan rotan di Jalan Sultan Agung ini, lebih memilih terkena dampak korona dibandingkan terkena dampak pembangunan flyover yang dirasa akan mematikan usahanya. Usaha yang sudah dirintisnya selama 18 tahun ini harus dipindahkan jika pembangunan flyover terus berlangsung. Saat ditemui monologis.id ia mengaku omsetnya menurun hingga 90 persen.
"Kalau dampak korona masih berimbang lah hilang 50 persen tapi masih ada pemasukan 50 persen. Biasanya jam 11 gini saya sudah ngantongin Rp1-2 juta. Kalau sekarang Rp100-200 aja belum sama sekali. Ya gimana orang mau berhenti udah macet. Ini baru penggalian lobang PDAM orang mau parkir aja udah males apalagi kalau udah galian pembangunan flyover usaha di sini bisa mati,” ujarnya kepada monologis.id Rabu (17/06).
Sebelumnya Afdal sudah mengadukan ke pihak kelurahan, meminta solusi terkait pembangunan yang merugikan pengusaha kecil tersebut. Namun, pihak kelurahan menyarankan untuk menemui Dinas PU.
“Saya pernah coba tanya ke kelurahan bagaimana solusinya Pak, ada nggak? istilahnya uang debu lah untuk kita. Tapi kelurahan angkat tangan dan menyarankan ke Dinas PU. Nah, tempo hari kita coba sosialisasi ke PU, ya jawabnnya juga kurang puas,tanpa ada solusi jadi ya pulang nol,” jelas Afdal.
Saat ini ia hanya bisa berharap ada kebijakan dari pemerintah agar memikirkan dampak yang diterima pedagang sekitar pembangunan flyover.
“Ya perlu nggak perlu si flyover ini karna yang menikmati orang sini juga cuma sebagian kan ada yg dirugikan. Untuk saat ini kontrakan masih panjang saya tahan dulu. Kalau masih berjalan ya kita jalanin kalau nggak ya kita cari tempat yang lain. Tapi harapannya tetep minta kebijaksanaan dari pemerintah. kalau saya pribadi udah mustahil untuk menghadap pak dewan atau pak walikota siapa saya gitu lo,” ungkapnya.
Senada dengan Afdal, Zulfahmi penjual buah yang sudah berjualan sejak tahun 2000 ini, merasa dirugikan dengan adanya pembangunan flyover tersebut. Ia merasa kecewa karena belum ada solusi yang jelas dari pihak pemerintah.
“Ya ini jelas merugikan pedagang kecil. Belum ada solusi juga dari pemerintah apa mau diganti rugi apa gimana. Kasianlah kita liatnya anak butuh biaya sekolah. Kebutuhan sehari-hari juga saya cuma mengandalkan jualan ini. Mana lagi COVID-19 gini istiahnya sudah jatuh tertimpa tangga jadinya,” ujar Zulfahmi.