Hubungan 'Ideologis' China dan Rusia

Hubungan 'Ideologis' China dan Rusia
Keakraban Vladimir Putin dan Xin Jin Ping dalam Sebuah Pertemuan (Foto:Financial Times/Istimewa)

 

Pihak Barat dan AS awalnya tidak begitu percaya hubungan China dan Rusia akan berlanjut kepada kerjasama idiologis dengan tujuan menghadapi hegemoni Eropa dan AS.
Oleh: Erijley *)

Pihak Barat dan AS awalnya tidak begitu percaya hubungan China dan Rusia akan berlanjut kepada kerjasama idiologis dengan tujuan menghadapi hegemoni Eropa dan AS. Mengapa ? China dan Rusia punya masalah serius soal perbatasan. Pada tahun 1960-an mereka bahkan pernah akan saling bertempur. Dunia diambang perang nuklir. Bagi China soal wilayah itu sangat sensitif. Begitu juga Rusia. Tetapi di era Xijinping dan Putin, masalah perbatasan itu bisa diselesaikan. Mereka sepakat berbagi perbatasan 4.300 kilometer (2.672 mil). 

Sejak era Xijingping berkuasa. Hubungan antara China dan Rusia sangat dekat. Bahkan Xijinping bertemu dengan Putin 30 kali sejak 2013. Diantara mereka saling claim sebagai sahabat. Kedua pemimpin memang sangat berkuasa di negaranya. Dianggap Barat dan AS sebagai negara yang anti demokrasi. Tidak menghormati nilai nilai kebebasan dan HAM. Sebaliknya bagi Putin dan Ping, Eropa dan AS adalah munafik dan pembohong.

Sekarang ada mega proyek energi di Rusia yang dibiayai oleh China. Proyek LNG Yamal di Lingkaran Arktik dan pipa Power of Siberia, proyek senilai $55 miliar yang merupakan yang terbesar dalam sejarah Rusia. China juga sebagai pembeli utama industri peralatan militer Rusia. Rusia menjamin kebutuhan China akan minyak dan sumber minyak kedua terbesar China. Sementara kebutuhan barang manufacture Rusia dipasok oleh China, menjadi pasar bagi jutaan manufaktur China. Ini secara ekonomi membuktikan hubungan jangka panjang mereka sudah punya pijakan jelas. 

Secara politik international kedua negara, China dan Rusia kompak banget. Mereka berbagi peran mendukung Iran, Suriah dan Venezuela. Mereka gigih memperjuangkan agar PBB mencabut sanksi terhadap Korea Utara. Engga usah kaget bila kemarin Korea Utara bikin kawatir dunia. Di tengah krisis Rusia-Ukrania. Korea utara melakukan uji coba meluncurkan rudal nuklirnya. Terutama Jepang dan Korea panik. 

Tahun kemarin, lagi lagi China dan Rusia bikin stress Barat dan AS. China dan Rusia melakukan latihan perang bersama. Lokasinya di di Pasifik barat disekitar pulau utama Jepang. Ini kali pertama dalam sejarah. Kurang dari sebulan kemudian, pada 19 November, militer China dan Rusia mengirim penerbangan pembom ke zona pertahanan udara Jepang dan Korea Selatan.  Provokasi yang beresiko. Sebelumnya pada tahun yang sama Rusia terlibat dalam latihan perang reguler China skala besar di Ningxia. Mereka juga terlbat dalam proyek sistem peringatan serangan rudal lewat riset luar angkasa.

Teman saya banker di Eropa mengatakan bahwa tidak bisa lagi kalau kita bicara tentang Rusia  tanpa melibatkan China. Mereka berdua adalah satu. Satu agenda melawan hegemoni Eropa Barat dan AS. Setidaknya mereka bersatu melawan NATO yang berdiri sejak tahun 1949. Kita bicara tentang Rusia, China dan AS atau NATO maka kita bicara tetang perebutan hegemoni dunia. Antar dua kekuatan besar yang berbeda idiologi. Masyarakat Eropa dan AS punya sistem financial dan moneter yang established. Apa yakin kekuatan sistem itu menakutkan bagi China dan Rusia? Tidak. Mereka sudah sangat siap dalam segala hal termasuk penyediaan sistem ekonomi agar terhindar dari isolasi dari AS dan Eropa.

Tetapi teman saya analis di Lembaga keuangan di Hongkong. Punya pendapat beda. “ Sebenarnya tidak ada politik perang hegemoni antara Blok Rusia-China dan NATO. Bagi Rusia, AS adalah pasar kedua terbesar setelah China. Kemitraan Ekonomi Rusia  tetap lebih besar dengan Eropa. Rusia berusaha mengurangi porsi peran Eropa dan AS, menggantinya dengan China. Ini semua hanya cara China-Rusia untuk menciptakan keseimbangan. Agar Eropa dan AS tidak semaunya mngatur dunia

Dan bagi Putin dan Ping, melawan AS itu untuk meningkatkan stabilitas power politik dalam negeri. Sementara Barat dan AS, para elitenya punya tujuan sama untuk semakin mengikat rakyat dalam sistem demokrasi. Sama sama media massa mereka meracuni rakyatnya dan menciptakan musuh bersama. Kedua blok sama sama suffering akibat dampak imbalance economy global. Itu juga karena ulah mereka sendiri. Lucunya kedua blok itu tidak sadar setiap manufer politik mereka mengancam perdamaian dunia dan mencabik cabik rasa kemanusiaan kita. Ini semua karena kerakusan saja. Orang rakus kan paling takut perang berskala besar. Apalagi gunakan nuklir senjata mematikan itu. Diantara mereka pasti selalu ada solusi untuk berdamai. Menghindari konflik meluas. Semua akan baik baik saja.

 

*) Praktisi Bisnis dan Blogger Aktif