Harga Singkong di Lampung Anjlok, Anggota DPRD Lampung Sebut Ada Permainan Perusahaan

Harga Singkong di Lampung Anjlok, Anggota DPRD Lampung Sebut Ada Permainan Perusahaan
Anggota Komisi III DPRD Lampung I Made Suarjaya (Foto: Budi Bowo Laksono/monologis.id)

BANDARLAMPUNG – Anggota Komisi III DPRD Lampung I Made Suarjaya menyikapi anjloknya harga singkong di Lampung. Dia menyebutkan ada permainan sejumlah perusahaan sehingga harga singkong anjlok.

Semula harga singkong di provinsi Lampung mencapai Rp1400 /kg. Kini harga jual singkong di pasaran hanya bekisar antara Rp600-800/kg. Harga tersebut belum termasuk potongan yang diberlakukan oleh perusahaan. Sehingga jika di kalkulasikan petani hanya menerima Rp400/kg.

Indikasi adanya permaian yang dilakukan oleh perusahaan tapioka dalam anjloknya harga singkong tersebut bakal menjadi pembahasan di pansus DPRD.

“Hari ini akan didaftarkan untuk pembahasan pembentukan pansus (panitia khusus), saya sudah siapkan bukti-bukti pendukung, kali ini kita tidak mau kecolongan,” ujar legislator Partai Gerindra ini kepada awak media, dikantor DPRD Provinsi Lampung, Senin (08/02).

Tak tanggung-tanggung, dewan yang akrab dipanggil Cah Angon ini menyebut inisial perusahaan tapioka yang merajai di Lampung. “Dugaan kuat ada beberapa; BW, UJ, SI, SM, dua lagi ntar di pansus,” paparnya.

“Saya juga akan minta pihak KPPU kanwil II Sumatera untuk dimintakan keterangan atas dugaan permainan ini, karena kami dapat laporan banyak aduan tentang hal ini yang parkir disana,” ungkapnya.

Sebelumnya Anggota DPRD I Made Suarjaya mendapat aduan dari kelompok petani singkong asal Desa Sidodadi, Bandarsurabaya, Lampung Tengah. Mereka putus asa karena hasil pertaniannya tidak cukup untuk modal menanam kembali. Menilai ada pola oligopoli dalam memainkan harga singkong, Dewan Cah Angon ini bersuara dengar keras dan bertekat memberantas hal tersebut.

“Saya tahu ini perusahaan raksasa semua, saya sudah minta restu fraksi dan pimpinan partai di Lampung. Bila perlu saya akan menghadap pimpinan di Jakarta. Yang jelas oligopoli ini harus dilawan, buat apa perusahaan besar-besar tapi petani sengsara,” ungkapnya.