Berpuasa di Tengah Pandemi Korona
Oleh: Rudi S Kamri*
Hari ini saya memulai ibadah puasa Ramadan 2020 dengan sukses ketiduran sehingga tidak sempat sahur. Mimpi yang terlalu indah sehingga saya terperangkap dalam buaian mimpi yang membuat saya terlena dalam lelap. Tidak apa. Tetap semangat. Ujian pertama harus sukses dilewati. Insyaallah.
Lagi pula kurang afdol rasanya kalau ibadah puasa Ramadan tanpa ujian. Ujian kesabaran, ujian menahan godaan dan ujian untuk membersihkan hati adalah esensi utama dari ibadah puasa. Sedang ujian menahan lapar dan haus hanyalah sekedar remah kecil dalam proses menjalani ibadah puasa Ramadan.
Dalam kaitan persepsi personal saya tentang ibadah puasa Ramadan, makanya saya selalu menentang keras kalau saat puasa warung atau restoran dipaksa untuk ditutup. Kualitas puasa kita terlalu rendah kalau kita tergoda hanya karena melihat orang makan atau minum. Dan terlihat kita seolah telah mereduksi makna puasa yang sebenarnya.
Bahkan saya punya adagium yang terbalik yaitu: "Hormatilah orang yang tidak puasa". Bukan hormatilah orang berpuasa. Dengan kesadaran untuk melatih menahan kesabaran, menahan godaan dan membersihkan hati, kita seharusnya membiarkan kehidupan orang-orang yang tidak berpuasa terus berlanjut dan tidak terganggu dengan ibadah puasa kita. Di sekeliling kita banyak saudara kita yang non muslim, perempuan muslim yang sedang tidak berpuasa atau seorang muslim yang kondisi tertentu bisa tidak berpuasa. Kehidupan mereka harus berlanjut dan berjalan seperti biasa tanpa terganggu dengan ibadah puasa kita.
Ibadah puasa adalah ibadah yang paling personal yaitu hanya kita dengan Tuhan yang tahu dan kita sendiri yang mendapat banyak manfaat dar kegiatani ibadah kita. Jadi kita tidak perlu memaksa orang lain untuk menghormati kepentingan pribadi kita, bukan?
Lagi pula tanpa dipaksa pun, saudara kita yang non muslim sudah pasti punya kesadaran sendiri untuk menghormati kegiatan ibadah kita. Ini sudah menjadi tradisi dan budaya yang mengakar dari masyarakat Indonesia yang majemuk. Dari dulu kala proses kesadaran saling menghormati satu sama lain ini sudah berjalan secara alami. Jadi kalau ada pihak tertentu yang memaksa orang lain untuk menghormati ibadah puasanya, itu artinya mereka telah merusak tata nilai dan norma alamiah budaya negeri ini.
Selamat menjalani ibadah puasa Ramadan bagi sahabat saya yang beragama Islam. Menjalani ibadah puasa di masa pandemi COVID-19 ini pasti serasa berbeda. Hikmak terindah yang bisa diambil, kita bisa khusyuk beribadah secara penuh dengan dikelilingi orang- orang tercinta kita yaitu keluarga di rumah tanpa terganggu kegiatan lain. Suatu momentum langka yang selama ini mungkin jarang kita temui. Selayaknya kita bisa menjalani ibadah puasa ini dengan rasa syukur yang paripurna.
Mari kita menjalani ibadah ini dengan rendah hati dan penuh ketaqwaan sembari runduk memohon kepada Allah SWT agar wabah virus korona ini segera berlalu dari negeri ini. Semoga ibadah puasa kita diridhoi Allah SWT. Aamiin YRA.
*Pemerhati Sosial Politik
 
 REDAKSI
                                    REDAKSI                                 
         
         
         
         
         
         
        
 
        
             
        
             
        
             
        
             
        
             
        
            







 
        
 
        
 
        
 
        
 
        
 
        
                                        
                                    