Akademisi: Puan Maharani Harus Secepatnya ke Sumbar Agar tak Dimanfaatkan Lawan Politik

Akademisi: Puan Maharani Harus Secepatnya ke Sumbar Agar tak Dimanfaatkan Lawan Politik
Yuni Candra (Istimewa)

PADANG - Ketua DPR RI sekaligus Ketua DPP PDI Perjuangan, Puan Maharani, masih menjadi sorotan publik gegara ucapannnya, "Semoga Sumatera Barat menjadi provinsi yang memang mendukung Negara Pancasila."

Banyak pihak yang tersinggung atas ucapannya dan meminta Puan Maharani meminta maaf sesegera mungkin. Bahkan televisi swasta TV One, pada Selasa (08/09) mengangkat topik diskusi terkait dengan polemik ucapanya kepada masyarakat Sumatera Barat dengan judul ‘Sumbar Belum Pancasilais?'.

Narasi Puan sebagai orang Minang kemudian muncul dan dikuatkan oleh para petinggi PDI Perjuangan dan berbagai tokoh.

Hingga hari ini Puan belum mengeluarkan sikap apapun menanggapi masyarakat Sumbar terkait statemennya tersebut

Tokoh pemuda yang Juga akademisi di salah satu perguruan tinggi di Sumatera Barat, Yuni Candra, menilai bahwa persoalan ini perlu dicermati secara bijak dan diselesaikan segera agar tidak menjadi persoalan yang berlarut-larut yang berefek munculnya rasa kebencian masyarakat Sumbar terhadap Puan Maharani atau sebaliknya.

"Jika  kondisi ini dibiarkan berlarut-larut tidak elok, apalagi Sumbar memasuki pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur serta kepala daerah diberbagai kabupaten/kota. Dikhawatirkan hal ini akan dimanfaatkan oleh pihak ketiga membangun narasi hitam untuk kepentingan politik mereka, dan bisa saja berimbas buruk masyarakat Sumatera tidak suka mendengar nama uni Puan Maharani dan Partainya," kata Yuni, Sabtu (12/09)

Oleh sebab itu, lanjut Yuni, kita harus memandang persoalan dengan bijak, kita jangan lagi berbicara siapa yang benar dan siapa yang salah, bagaimanapun Puan Maharani adalah orang Minang, dan itu tidak bisa di bantah, kita harus sama-sama mendukung orang Minang yang berkontribusi besar bagi Negara.

"Ayahnya, almarhum Pak Taufiq beliau itu datuk, Datuk Basa Batuah, orang Batipuh, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat, bahkan neneknya uni Puan Fatmawati ibunya Ibu Megawati, pun memiliki darah Minang dan Megawati memiliki gelar Minang Puti Reno Nilam," ujar Yuni.

Dirinya sepakat yang disampaikan Hasril Chaniago, kapan perlu Puan Maharani harus datang ke Sumatera Barat secepatnya dan makan berjamba. “Bu Puan Harus buktikan bahwa tidak ada problem antara beliau dengan masyarakat Sumatera Barat, dan kita yakin itu akan didukung banyak pihak," imbuhnya.

Melaui komunikasi seperti itu, Yuni yakin bahwa masyarakat Sumatera barat akan lebih mendukung dan mencitai Puan, “Adat biaso kito pakai, limbago nan samo dituang, nan elok samo dipakai nan buruak samo dibuang, Yang baik sama dipakai, yang buruk sama ditinggalkan," ujar Dekan Fakultas Ekonomi di salah satu perguruan tinggi di Sumatera Barat tersebut.

Sebagai sosok negarawan, Puan Maharani diyakini tidak berniat menyinggung perasaan warga masyarakat Minang, baik yang berada di Sumbar maupun di tanah rantau. “Ini hanya Uni Puan mungkin belum sempat berbicara dari hati kehati kepada masyarakat minang, ya kita tunggu Bu Puan Maharani datang ke Sumatera Barat, itu adalah solusi bijak, setidaknya Uni Puan mendapatkan jawaban kenapa masyarakat sumbar bereaksi seperti itu atas ucapannya,” tutupnya.