Tanjungsari Mesuji Gelar Festival Kuda Lumping

MESUJI - Dalam rangka
memeriahkan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-78 Republik Indonesia, Desa Tanjungsari,
Kecamatan Tanjungraya, Kabupaten Mesuji, Lampung, menggelar festival kuda
lumping.
Pada kegiatan tersebut, Pemerintah Desa Tanjungsari berkolaborasi
dengan Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) dan para pegiat kuda lumping Mesuji.
Ketua Pepadi Mesuji, Azhar Hadiyatulloh mengungkapkan,
festival tersebut sudah dimulai sejak 28 Agustus lalu, diikuti 20 peserta grup
seni kuda lumping dari berbagai desa di Kabupaten Mesuji.
Dewan juri berasal dari para pelaku seni di Mesuji. Untuk
Kategori penilaian meliputi, disiplin waktu, kostum, tarian, kekompakan, musik,
dan tatarias.
“Penilaian utama yakni pada kontes keunikan gerakan dan
musik dalam tarian kuda lumping,†ujarnya pada acara final di lapangan Desa Tanjungsari,
Minggu (3/9/2023).
Tampil sebagai pemenang yakni grup Turonggo Waseso dari Desa
Tanjungsari. Juara 2 Turonggo Sekar Arum dari Desa Gedungboga, juara 3 Yakso
Mudo Budoyo dari Desa Gedungram, dan juara 4 Karya Budaya dari Desa Muktikarya.
Juara 1 meraih piala bergilir, piagam, dan para pemenang mendapatkan uang jutaan rupiah.
"Festival kuda lumping baru tahun ini diperlombakan dan
akan terus digelar setiap tahun sebagai bentuk pelestarian seni budaya
Nusantara,†kata Azhar.
Menurutnya, tarian kuda lumping merupakan salah satu tarian
tradisional yang memiliki keunikan tersendiri dalam gerakan dan musiknya. Gerakan-gerakan
yang dilakukan dalam tarian ini menggambarkan kekuatan dan keberanian kuda,
serta kemampuan para penari untuk menguasai karakteristik binatang tersebut.
“Salah satu ciri khas dari gerakan dalam tarian kuda lumping
adalah perpaduan antara gerakan lincah dan kuat. Para penari mampu menampilkan
aksi melompat-lompat dengan lincah seperti kuda, namun juga mampu menunjukkan
kekuatan fisik dengan gerakan-gerakan yang kuat dan energik,†kata dia.
Selain gerakan, musik dalam tarian kuda lumping juga
memiliki keunikan tersendiri. Biasanya menggunakan alat musik tradisional
seperti kendang, gong, saron, dan gamelan lainnya. Ritme musik yang dimainkan
menciptakan suasana yang enerjik dan membangkitkan semangat para penari maupun
penonton.
Keunikan dari gabungan gerakan yang lincah dan kuat serta
musik yang enerjik inilah yang membuat Tarian Kuda Lumping begitu memukau dan
menarik perhatian banyak orang. Tidak hanya merupakan tarian tradisional
Indonesia, tetapi juga menjadi daya tarik budaya bagi wisatawan lokal maupun
mancanegara.
“Dengan semua keistimewaan ini, tidak heran jika tarian kuda
lumping terus menjadi bagian penting dari warisan budaya indonesia serta
mendapatkan,†ujar dia.
Dengan adanya upaya kolaborasi antara komunitas seniman
lokal, pemerintah daerah, dan masyarakat luas, kita dapat membangun kesadaran
akan pentingnya melestarikan warisan budaya ini.
Selain itu, penggunaan teknologi modern juga dapat menjadi
alat untuk mempromosikan serta mengembangkan seni kuda lumping. Media sosial
dan platform digital dapat digunakan untuk meningkatkan visibilitas dan menarik
minat generasi muda terhadap seni tradisional ini.
“Dengan upaya kolektif dari semua pihak terkait dan
kesadaran akan pentingnya menjaga keberlanjutan seni kuda lumping di era
modern, kita dapat melestarikan warisan budaya ini untuk
generasi mendatang,†pungkasnya.